Palembang, Focuskini
Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Selatan merencanakan akan membentuk program Kawasan Bebas Jentik untuk sekolah-sekolah yang ada di Sumsel termasuk di wilayah Kota Palembang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sumsel Ira Primadesa, melalui Pj Pengendali DBD, Didid Haryanto mengatakan hal itu sebagai bentuk pencegahan terhadap peredaran demam berdarah dengue (DBD).
“Ini sudah memasuki musim hujan, jadi antara curah hujan dengan kasus DBD ternyata sangat berkaitan. Makin tinggi curah hujan, makin banyak tempat tempat penampungan jentik nyamuk itu, semakin banyak nyamuk maka semakin besar juga penularan DBD,” ujar Didid saat dibincangi langsung, Kamis (7/11/2024).
Didid menjelaskan terkait program Kawasan Bebas Jentik itu akan terlebih dahulu disosialisasikan ke tiap sekolah, karena luang lingkup yang terbatas.
“Kita kan ada rencana sekolah untuk membentuk kawasan bebas jentik, sebelum kita ke masyarakat (karena masyarakat agak susah diberitahu jadi sekolah dulu yang kita berikan sosialisasi. Untuk sekarang sudah ada beberapa yang sudah terbentuk seperti di daerah Sukajadi dan Muara Enim,” jelasnya.
Menurutnya, sosialisasi terkait pencegahan DBD akan lebih mudah diterima di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, nantinya program ini akan digencarkan agar semakin mudah untuk memberantas sarang nyamuk yang dapat menyebabkan DBD.
“Jadi nanti setelah ada Kawasan bebas entik di sekolah, dari anak-anak itulah yang akan menyampaikan ke lingkungan rumah. Juga nantinya sekolah tidak akan di salahkan jika ada anak yang terkena DBD karena di sekolah sudah diterapkan kawasan bebas jentik itu tadi,” ucap dia.
Selain itu, Didid juga menegaskan saat musim hujan seperti sekarang masyarakat dapat menerapkan empat cara yang dapat mencegah terkena DBD.
“Ada empat cara yakni pertama pemeberantasan sarang nyamuk (PSN) seperti bersih-bersih dan menebar ikan di kolam itu untuk mengurangi populasi nyamuk. Kedua mencegah dengan menggunakan lotion anti nyamuk atau baju lengan panjang atau kelambu saat tidur,” tegasnya.
“Ketiga menggunakan nyamuk wolbachia (bakteri simbiotik) tetapi untuk biaya masih mahal. Dan yang keempat dengan vaksin dangue, ini bukan program pemerintah tetapi mandiri, sama seperti nyamuk Wolbachia tadi harganya terbilang mahal yakni Rp300 ribu untuk 2x booster dalam 3 bulan sekali,” tutupnya. (Tia)