Palembang, Focuskini
Edisi kedua ini, penulis Intan Kumalasari, APP, M.KM., Peneliti, Penulis dan Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang, bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Kesehatan Remaja, Ibu dan Anak, menjelaskan mengenai hubungan usia ibu hamil dan Post Partum Blues.
Hasil penelitian menunjukkan ibu yang berumur <20 atau >35 tahun rentan mengalami postpartum blues.
Menurut penulis, umur berkaitan dengan kesiapan ibu dalam proses kehamilan dan persalinan, umur juga mempengaruhi terjadinya masalah psikologis pada ibu postpartum. Secara umum pada usia di bawah 20 tahun memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kehamilan atau kurangnya informasi dalam mengakses pelayanan kesehatan yang ada.
Selain itu pada usia tersebut juga belum cukup mencapai kematangan fisik, mental, peran dan aktivitas baru sebagai ibu dalam merawat anaknya sehingga mengalami kesulitan sendiri dalam beradaptasi, dibutuhkan pertolongan dari petugas kesehatan yang ada, dalam mendampingi ibu melewati masa nifas selama perawatan di rumah sakit.
Sementara, melahirkan pada usia tua, membuat menjadi resiko adalah faktor kelelahan dan keadaan anatomi tubuh yang sudah tidak baik lagi untuk hamil dan bersalin. Dan bila ibu sudah memiliki anak, membuat beban tersendiri bagi ibu, sehingga membawa masalah dalam masa nifasnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan dengan komplikasi/penyulit persalinan mengalami postpartum blues.
Riwayat kehamilan dan persalinan dengan komplikasi dapat menjadi faktor pendukung terjadinya postpartum blues. Komplikasi persalinan seperti persalinan yang lama, Ketuban Pecah Dini, malpersentasi, hypertensi dalam kehamilan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan diduga semakin memperbesar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan. Maka semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pasca persalinan.
Terjadinya postpartum blues melibatkan faktor-faktor biopsikososial sebelum dan setelah bersalin. Adanya kerentanan biologis, kerentanan psikologis, situasi stresfull, dukungan sosial kurang, dan strategi yang maladaptif, bersama-sama memberi kontribusi bagi berkembangnya postpartum blues. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan social, emosional, informasi dan bantuan tenaga bagi ibu postpartum dan mengenali penyebab postpartum blues sejak awal.
Lalu bagaimana cara mudah mengatasi postpartum blues agar tidak berlanjut menjadi parah? Yaitu dengan tidak membiarkan diri terus menerus dalam kesedihan atau merasa tidak berdaya.
Berikut ini beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menguangi kondisi postpartum blues yang sedang dialami seorang ibu dengan menggunakan metode BE CARE yaitu :
Bicarakan Kekhawatiran.
Menjadi ibu baru memang bukanlah hal yang mudah dan bisa menjadi momen menyenangkan sekaligus menegangkan. Namun, satu hal yang perlu diingat sindrom baby blues bisa dialami oleh siapa saja, oleh karenanya penting sekali membicarakan setiap kekhawatiran dan kesedihan yang ibu rasakan kepada suami, orang tua, teman dekat bahkan dokter ataupun psikolog bila kekawatiran tersebut dirasakan sangat mengganggu. Diskusikan dari hati ke hati, mengenai apa saja yang mengkhawatirkan ibu terutama yang berkaitan dengan peran sebagai orangtua baru dan pengasuhan anak. Curahkan segala kecemasan tentang masa depan, apakah itu berkaitan dengan waktu berduaan bersama suami yang berkurang, atau justru kekhawatiran mengatasi masalah menyusui bayi nantinya.
Ekspresikan perasaan/ jangan tertutup .
Selama dan usai masa kehamilan, komunikasi dengan pasangan harus terjalin dengan baik. Komunikasi yang intens membuat ibu tidak ragu meminta bantuan, terlebih saat melewati masa adaptasi menjadi ibu. Jangan ragu atau malu untuk menceritakan rasa cemas yang dialami dengan pasangan, saudara atau teman dekat. Kecemasan ini bisa terjadi pada siapa pun, jadi tidak perlu menambah beban dengan menyimpannya sendiri. Bertukar cerita dengan para calon ibu lainnya tentang keluh kesah dan kehawatiran yang dirasakan setidaknya bisa menimbulkan sedikit kelegaan hati mengetahui bahwa ibu tidak sendirian.
3.Cari dan terima bantuan
Jangan segan meminta bantuan atau sekadar sharing dengan suami dan keluarga untuk meringankan beban yang ibu rasakan. Ingat, suami dan keluarga juga perlu mengenali gejala baby blues sehingga bila ini terjadi, mereka akan siap sedia membantu mengatasinya.
Atur Waktu Untuk “Me Time”
Sisihkan waktu untuk diri sendiri setiap hari. Ibu postpartum bisa melakukan “me time” dengan berbagai aktivitas positif yang disukainya seperti menyalurkan hobi, pergi ke salon, jalan-jalan sejenak bersama suami atau berjemur di bawah sinar matahari selama 10 sampai 15 menit setiap hari. Memang sulit rasanya menyempatkan waktu pergi berdua tanpa membawa bayi, namun hal ini sebetulnya tidak masalah untuk dilakukan demi membantu menyegarkan pikiran ibu dan mengatasi baby blues setelah melahirkan.
5.Relaksasi
Kelelahan fisik dapat memicu terjadinya postpartum blues. Adanya penambahan peran dan tanggung jawab baru ibu dalam perawatan bayi, proses persalinan lama yang tidak pernah dialami sebelumnya, kurang istirahat dan tidur dapat menyebabkan kelelahan fisik pada ibu. Kelelahan fisik juga disebabkan karena aktivitas mengasuh, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan menimang bayi sepanjang hari bahkan tak jarang di malam hari, sehingga menguras tenaga dan menimbulkan kelelahan pada ibu, apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain. Untuk mengatasi kelelahan yang dapat berujung pada stres pasca persalinan, ibu dapat menyediakan waktu untuk melakukan relaksasi seperti mendengarkan musik, makan coklat, melakukan meditasi, menyempatkan tidur di saat bayi tidur serta latihan pernapasan dalam Excercise Beberapa menit
Sebuah studi menunjukkan bahwa ibu yang rajin berolahraga sebelum dan setelah melahirkan cenderung merasa lebih baik secara emosional dan lebih mudah bersosialisasi daripada mereka yang tidak berolahraga. Meski begitu, jangan memaksakan diri untuk melakukan olahraga berat. Cukup lakukan olah raga ringan untuk memperlancar aliran darah, bukan untuk membakar ratusan kalori atau mengencangkan otot-otot perut. Excercise dapat dilakukan dengan cara berjalan di taman kota, menghirup udara segar, menikmati alam dan melakukan yoga. (*/habis)