Palembang, Focuskini
Berbagai survei yang dilakukan Bank Indonsia menunjukkan bahwa momentum pemulihan ekonomi Sumatera Selatan tetap berlanjut dengan inflasi yang tetap terjaga dalam range target. Survei Konsumen Bank Indonesia pada bulan Juni 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen meningkat dan berada dalam zona optimis dimana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat 137,83 (indeks > 100), cenderung sama dibandingkan dengan IKK pada bulan Mei 2023. Masyarakat masih optimis bahwa kondisi perekonomian pada 6 bulan ke depan akan tetap kuat, baik dari aspek kegiatan usaha, peningkatan penghasilan, maupun ketersediaan lapangan kerja. Hal tersebut seperti yang dikatakan Kepala Perwakilan BI Sumsel, Erwin Soeriadimadja saat bincang media, Rabu (12/07/2023).
Kemudian dijelaskannya dari sisi dunia usaha, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan bahwa kegiatan usaha pada triwulan II 2023 diprakirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama ditopang oleh kegiatan usaha LU pertanian, kehutanan dan perikanan yang diperkirakan mengalami peningkatan dengan adanya panen raya komoditas pangan serta kegiatan usaha LU informasi dan komunikasi yang tetap kuat. Kami melihat optimisme pelaku usaha ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2023. Selanjutnya, dari sisi harga, Survei Pemantauan Harga Kota Palembang pada minggu pertama Juli 2023 menunjukkan inflasi yang rendah yang didorong oleh semua kelompok pembentuk inflasi yaitu AP, VF dan Cores.
Dikatakannya, penyumbang inflasi pada kelompok Volatile Food tertinggi adalah komoditas cabai merah yang disebabkan karena supply atau ketersediaan yang menipis di tingkat petani yang dipengaruhi oleh cuaca yang kurang baik. Pada kelompok Cores, inflasi dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas ayam goreng dimana peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya harga bahan bakunya yaitu daging ayam ras. Inflasi pada disumbang oleh kelompok Administered Price utamanya pada kenaikan harga tarif angkutan udara yang diperkirakan masih dalam tren peningkatan sebagai dampak dari masa libur sekolah semester genap yang masih berlangsung selama bulan Juli 2023.
Untuk tantangan ekonomi global dan dampaknya terhadap kinerja ekspor dikatakannya, adalah masalah ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat dengan kecenderungan risiko pertumbuhan ekonomi yang melambat dan kebijakan suku bunga moneter di negara maju yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi global diprakirakan sebesar 2,7 % (yoy) di tahun 2023, melambat dibanding tahun 2022 sebesar 3,1% (yoy). Perlambatan tersebut terutama bersumber dari risiko perlambatan terutama di AS dan Tiongkok. Kedua negara tersebut merupakan salah satu negara mitra dagang terbesar baik secara nasional maupun untuk provinsi Sumatera Selatan.
Potensi perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama ini berisiko menekan kinerja ekspor Sumatera Selatan, terutama untuk komoditas batubara (sekitar 49% terhadap total ekspor Sumsel), pulp and paper (22%), karet (19%), dan CPO (4%). Meningkatnya perhatian dunia terhadap transisi energi ditengah tren harga batubara yang menurun juga berisiko mendisrupsi kinerja ekspor luar negeri Sumsel yang memiliki pangsa terbesar. Selain itu, potensi penurunan ekspor Sumatera Selatan juga dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas ekspor utama Sumatera Selatan. Harga batu bara triwulan II (Mei) 2023 turun signifikan menjadi dibanding triwulan sebelumnya. Selain batubara, harga karet global juga masih dalam tren menurun ditengah biaya produksi yang meningkat dan permintaan negara mitra yang belum kuat.
Selanjutnya dari sisi ekspor pulp & paper, Tiongkok menjadi negara mitra dagang terbesar dengan pangsa 72,9% pada tahun 2022. Tingginya pangsa ekspor pulp&paper ke Tiongkok tersebut menyebabkan dependensi ekspor yang tinggi terhadap kondisi perekonomian Tiongkok. Kemudian dari sisi ekspor CPO, kinerja ekspor berisiko tertahan oleh adanya pengurangan impor CPO India yang mulai menetapkan kebijakan substitusi minyak nabati menjadi minyak bunga matahari dan minyak kedelai. Perubahan rasio ekspor DMO per 1 Mei 2023 menjadi 1:4 turut menahan volume ekspor Indonesia. Lebih lanjut permintaan ekspor CPO dari negara-negara Eropa menurun dengan adanya penerbitan EUDR.(soim)