Biografi Sultan Mahmud Badaruddin II

Oleh : Aisyah Evianti S.Ag M Hum

Berita364 Dilihat

Dalam memahami seorang tokoh, terlebih dahulu mengadakan pengenalan tokoh yang hendak diteliti, ada beberapa konsep yang perlu diketahui. Adapun tokoh tersebut menyangkut tentang latar belakang internal dan eksternal. Tokoh yang sedang diteliti pemikirannya dikenali dari sudut latar belakang internal yang mencakup1 :
– latar belakang kehidupan (masa kecil dan keluarga)
– pendidikan,
– segala macam pengalaman yang membentuk pandangannya, dan
– perkembangan pemikiran
Di samping latar belakang internal, tokoh juga diperkenalkan dari sudut eksternal, yakni keadaan khusus zaman yang dialami seorang tokoh, dengan sosioekonominya, politik, budaya, sastra, dan filsafat. Hal ini penting mengingat seorang tokoh adalah anak zamannya. Tidak ada pemikiran seorang tokoh yang muncul tanpa konteks.

1. Kelahiran
Sultan Mahmud Badaruddin II dilahirkan pada hari Ahad tanggal 1 Rajab 1181 H atau 1767 Masehi dilingkungan keraton. Sebagaimana biasanya seorang anak yang berasal dari keluarga bangsawan, Sultan Mahmud Badaruddin II memiliki nama kecil yaitu Raden Hasan. Sebagaimana putra mahkota, Raden Mahmud Badaruddin II dididik dan ditempa untuk menjadi pewaris tahta Kesultanan Palembang. Kakek Sultan Mahmud Badaruddin II adalah Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo, sedangkan ayahnya Muhammad Bahauddin adalah pemimpin yang sangat taat terhadap ajaran agama Islam.

Selain itu Sultan Muhammad Bahauddin adalah seorang yang mempunyai minat yang tinggi terhadap perkembangan ajaran agama Islam. Semasa hidupnya, Sultan Muhammad Bahauddin tidak sempat menobatkan penggantinya, melainkan hanya mengangkat putra sulungnya Raden Hasan sebagai Pangeran Ratu (Putra Mahkota).3
Sultan Muhammad Bahauddin meninggal pada hari Isnin tanggal 21 Zulhijah 1218 H jam 4.00, bersamaan dengan bulan April tahun 1804 Masehi. Dari sejumlah 23 anaknya, yaitu 14 putra dan 9 putri yang terkenal dari 1 ibu adalah 4 (empat) orang yaitu:
1. Rahdin Moehammad Hasan, yang pada waktu ayahnya diangkat menjadi Sultan, Rahdin Moehammad Hasan dinobatkan menjadi Pangeran Perabu Negara (Crown Prince) dan kemudian sesudah ayahnya wafat, ia dinobatkan menjadi pengganti ayahnya dengan gelar Sri Sultan Mahmoed Baderedin Syah Alam Palembang Darussalam.
2. Rahdin Moehammad Husin, pangeran Adimenggala yang kemudian diangkat menjadi Pangeran Adipati Negara.
3. Pangeran Adikusuma yang kemudian diangkat menjadi Pangeran Ariyakusuma
4. Pangeran Natakusuma yang kemudian diangkat menjadi pangeran Suriakusuma

Menurut penjelasan para orang tua-tua yang pernah melihat dan menyaksikan orangnya sendiri, bahwa perawakan, paras dan rupa Mahmud Badaruddin II pada waktu mudanya sebagai berikut :
1. Rambut : Ikal, hitam dan panjang sampai bahu
2. Alis mata : Tebal hitan, bertangkup
3. Warna : Parasnya putih kuning-sawo
4. Badan : Tinggi, besarnya sedang dan tegap, dada bidang terbentang (militer)
5. Mata : Hitam terang dan tajam
6. Ciri-ciri lainnya : Kumis pendek lancip, jenggot pendek lancip, tahi lalat sebelah kanan mulut.

6. Sikap hidup dan kepribadiaan Sultan Mahmud Badaruddi II
Berdasarkan penelitiaan, dapat disimpulkan beberapa sikap kehidupan dan kepribadiaan Sultan Mahmud Badaruddin II, yaitu bahwa Sultan Mahmud Badaruddin II memiliki kepribadiaan atau watak kesatria, seorang pemberani, sifat jantan, cepat dalam bertindak, seorang yang memiliki pandangan yang jauh ke depan, sehingga dapat menentukan waktu yang tepat, berpendiriaan teguh, seorang yang alim, sabar dan bertaqwa kepada Allah, mahir dalam karang mengarang, pemimpin perang yang cekatan, merupakan seorang taktikus dan ahli siasat (strategi) yang ulung dizamannya, tahu akan martabat dan kedudukan sebagai seorang Raja yang Agung, seorang pemimpin yang bijaksana, dapat menghargai sikap para sahabat, handai taulan dan terutama kaum kerabatnya, konsekwen hingga akhir hayatnya sebagai seorang yang anti imperalis dan anti kolonialis.

7. Dimasa remaja Raden Muhammad Hasan ini mempunyai kemauan yang besar untuk belajar, serta mendapat didikan secara Islam yang kuat untuk memangku jabatan Kerajaan, sebelum menjadi Raja, Raden Muhammad Hasan ini sudah menguasai Bahasa Arab dan Portugis serta hapal Al-qur’an Karim. Dari sifat dan perwatakan Sultan tersebut maka Sultan Mahmud Badaruddin II menurut kesaksian dari pihak lawan dan kawan mengatakan bahwa Sultan Mahmud Badaruddin II adalah seorang yang bermartabat luhur, agung dan sifat-sifatnya yang baik, oleh sebab itu kepemimpinannya begitu kuat, dan tangguh terhadap lawan-lawannya.

8.Sikapnya pemberani dan wataknya yang tegas membuat musuh-musuhnya bertekuk lutut dan hormat. Ini terlihat pandangan Raffles terhadap Sultan Mahmud Badaruddin II adalah penuh dengan kehormatan dan disamping itu juga kekhawatiran. Karena Raffles merasa khawatir mengenai sikap Sultan Mahmud Badaruddin II yang pemberani, tidak gentar, dan tidak tunduk terhadap musuh-musuhnya. Hal ini tanpa jelas dalam surat laporan kepada atasannya, yaitu Lord Minto. Sultan Palembang adalah seorang Pangeran Melayu yang terkaya dan benar apa yang dikatakan bahwa gudangnya penuh dengan dolar dan emas yang telah ditimbun oleh para leluhurnya.

9. Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai Sultan Palembang ke-VII yang alim dan bijaksana biasa disebut Sultan Ternate atau Nama lengkapnya Raden Muhammad Hasan anak Sultan Mahmud Bahauddin bin Ahmad Najamuddin bin Mahmud Badaruddin Jayo Wikromo bin Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago bin Sultan Abdurrahman Candi Walang dan ibunya bernama Ratu Agung bin Datuk Murni bin Abdullah al-Haddadi.10
Untuk lebih jelasnya dibawah ini terlampir daftar keturunan Sultan Mahmud Badaruddin II dari Pangeran Ario Kesumo (Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin) sampai Sultan Mahmud Badaruddin II.

3. Pendidikan
Di dalam dunia pendidikan, semasa kecil Sultan Mahmud Badaruddin II mendapat pendidikan tentang kenegaraan dari ayah dan kakeknya, sementara pendidikan dalam ilmu agama didapat dari para ulama yang tinggal di lingkungan Keraton Kesultanan Palembang Darussalam. Pendidikan agamanya di dapat dari ulama besar waktu itu seperti : Syekh Abdus Somad Al-Palembani, Syekh Muhammad Muhyiddin bin Syihabuddin, Syekh Ahmad bin Abdullah, Syekh Muhammad bin Ahmad, dan Sayid Abdurrahman al-Idrus. Kepada Syekh Abdus Somad, Sultan Mahmud Badaruddi II mengambil dan mengamalkan Tarekat Sammaniyah.13 Semula Tarekat Sayid Ahmad bin Hasan Abdullah Hadad, seorang ahli mistik Hadramaut disenangi penduduk Palembang. Kemudian timbul Tarekat Sammaniyah yang digubah oleh Syekh Muhammad Abdulkarim Samman, asal Mekkah. Sammaniyah dibawah oleh Abdussomad Al-Palembani dan Kemas Haji Ahmad (murid-muridnya) sepulang dari Palembang sekitar tahun 1780 Masehi. Pengajaran diteruskan oleh Kiagus Haji Muhammad Akib (lahir 1760 Masehi).

Sikap kepribadian serta pergaulan dengan masyarakat di sekitar Keraton telah memupuk dirinya untuk menjadi seorang pemuda yang tumbuh dengan pemikiran yang luas. Aspek pendidikan dan sepak terjang kakek dan ayahnya dalam memimpin kesultanan memberikan kesan yang sangat mendalam dan mendorong semangat dan jiwa besar Sultan Mahmud Badaruddin II. Ayahnya yang cinta akan kemerdekaan dan kegigihannya dalam mempertahankan kedaulatan Kesultanan Palembang Darussalam, selalu menjadi pandangan hidup Sultan Mahmud Badaruddin II dalam menjalankan roda pemerintahannya. Sejak muda Sultan Mahmud Badaruddin II sudah dikenal kalangan masyarakat sekitar Keraton sebagai seorang bangsawan yang mempunyai kewibawaan besar dan juga rasa kemanusiaan luhur, serta terkenal sebagai anak raja yang cerdas, gagah berani dan bijaksana. Sifat-sifat pribadi ini sangat menonjol yang menyebabkan Sultan Mahmud Badaruddin II berbeda dengan saudara-saudaranya. Sebagai calon pemimpin, Sultan Mahmud Badaruddin II sudah mempunyai reputasi dan memperlihatkan kemampuan yang sangat mengagumkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, Sultan Mahmud Badaruddin II tidak pernah meluangkan waktunya. Sebagian besar waktu yang terluang (kosong) itu selalu dipergunakan untuk kesibukan karena Sultan sangat pandai membagi waktunya. Selain sebagai Raja dan prajurit, Sultan juga sebagai alim ulama, pengarang kitab-kitab dan hapal diluar kepala kitab suci Al-qur’an. Sultan juga seorang olahragawan yang baik dan juga gemar membaca dan menulis, mempelajari ilmu pengtahuan, yang berhubungan dengan ilmu-ilmu, baik ilmu dunia maupun akhirat, diataranya kitab-kitab Yunani, Arab dan Mesir, tentang kemasyuran Iskandar Yang Agung, Perang Salib, kedatangan bangsa-bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda ke Malaka, Aceh, Jawa dan Maluku. Semuanya diikuti dengan seksama.

4. Sejarah Raja Martalaya, dan lain-lain.
Buku-buku ini dulu banyak sekali dibaca orang di Malaya dan Singapore. Sultan Mahmud Badaruddin II adalah seorang Khalifahtul Mukminin Syaidil Imam, yaitu selain seorang Raja juga menjadi Imam Besar di Masjid Agung (Masjid Negara) Palembang. Dibidang olah raga seperti pencak silat, bola keranjang Cakraw, Bidar dan perlombaan membaca Al-Qur’an dan lain-lain.17 Sultan Mahmud Badaruudin II yang dijuluki sejarawan Inggris ”never a tame tiger” (tidak pernah jadi harimau jinak) menggantikan ayahnya Sultan Bahauddin. Selain sebagai Sultan, Sultan Mahmud Badaruddin II adalah sebagai sastrawan yang produktif.(*)