Bulog Sumsel Babel: Target Serap Beras Hingga Akhir Mei 100 Ribu Ton

Palembang150 Dilihat

Palembang,Focuskini

Badan Urusan Logistik (Bulog) Wilayah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Sumsel-Babel) menyebut target serapan beras hingga akhir bulan Mei 2025 yakni 100 ribu ton.

“Hingg bulan April ini Bulog telah menyerap gabah setara beras sebanyak 81.700 ton dari berbagai wilayah di Sumsel dan Babel. Targetnya, angka ini bisa tembus 100 ribu ton hingga akhir Mei mendatang,” ujar Pimpinan Kanwil Bulog Sumsel Babel, Heriswan saat dibincangi langsung di ruang kerjanya, Jum’at (2/5/2025).

Herwiswan menungkapkan jika penyerapan gabah dan beras petani saat ini jauh lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Pada 2022 penyerapan beras ada 15 ribu ton, 2023 ada 15 ribu ton, 2024 ada 31 ribu ton, dan di 2025 ini baru di bulan April saja sudah ada 81 ribu ton. Jumlahnya berpotensi bertambah lebih tinggi, karena saat ini masih dalam masa panen,” ungkapnya.

Ia mengatakan Bulog juga bekerjasama dengan lima mitra yang memiliki gudang sebagai tempat penyimpanan beras.

“Kapasitas gudang Bulog saat ini masih kurang, makanya bekerjasama dengan mitra yang memiliki gudang untuk dipakai menyimpan beras hasil serapan. Kemudian, Bulog juga berencana untuk menambah mitra kerjasama untuk gudang penyimpanan beras,” katanya.

Maski gudang milik Bulog sudah penuh, pihaknya tetap akan menyerap gabah atau beras dari para petani sesuai amanat Presiden seharga Rp6.500 per kilogram.

“Kita tegaskan bahwa, meski gudang Bulog penuh tidak membuat adanya penghambatan penyerapan beras dari petani. Kita terus akan melakukan penyerapan hasil panen itu,” tegasnya.

Ia menjelaskan penetapan harga gabah sebesar Rp6.500 per kilogram itu dilakukan sebagai bentuk memperhatikan kesejahteraan petani. Selain itu, Bulog juga melakukan sistem jemput bola semua gabah milik petani di masing-masing wilayah.

“Jadi kita sekarang ini tidak hanya duduk di gudang menunggu beras dari petani, sekarang kita yang jemput bola. Kita langsung beli gabah dan beras petani usai mereka panen,” jelasnya.

Kemudian, lanjutnya, dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah tersebut, petani cenderung menjual hasilnya ke Bulog dibanding ke tengkulak.

“Harga di tingkat petani saat ini Rp6.500 per kilogram, jadi petani lebih memilih menjual beras atau gabahnya ke Bulog dibanding ke tengkulak. Apalagi mekanisme pembayaran bisa cash atau lewat rekening saat transaksi terjadi,” imbuhnya.

Ia mengungkapkan wilayah terbesar penyerapan beras yakni dari Kabupaten Banyuasin, Ogan Ilir (OI), dan Ogan Komering Ilir (OKI). Saat ini penyerapan juga sedang berlangsung di OKU, Lubuklinggau dan Lahat.

“Gabah yang kita serap rata-rata jumlahnya mencapai 2.200 hingga 2.800 ton per hari,” ungkap dia. (Tia)