Dinkes Sumsel Imbau Penyajian MBG untuk Siswa Maksimal 4 Jam Setelah Dimasak

Kesehatan45 Dilihat

Palembang,Focuskini

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan mengimbau agar penyajian Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah memperhatikan jeda waktu antara makanan dimasak dan dikonsumsi.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sumsel, Dedy Irawan menyampaikan jika batas waktu maksimal yang disarankan adalah 4 jam untuk menjaga kualitas makanan tetap layak konsumsi.

“Kami menekankan agar makanan yang telah dimasak dan disiapkan untuk siswa tidak dikonsumsi melebihi 4 jam. Lewat dari itu, makanan bisa mengalami penurunan kualitas yang berisiko bagi kesehatan,” ujar Dedy saat dikonfirmasi, Kamis (4/9/2025).

Imbauan tersebut disampaikan pasca adanya kasus keracunan makanan yang menimpa puluhan siswa di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Menurutnya, hasil pemantauan lapangan menunjukkan bahwa pada sejumlah kejadian di Sumsel, makanan yang diberikan kepada siswa sudah dalam kondisi basi saat dikonsumsi.

Hal tersebut diduga akibat penyimpanan terlalu lama pada suhu ruang tanpa pendingin yang memadai.

Oleh sebab itu, Dinkes Sumsel meminta pihak penyedia makanan atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk lebih disiplin dalam pengaturan waktu distribusi dan konsumsi makanan, agar kejadian serupa tidak terulang.

“Sudah tiga kasus serupa terjadi, dan semuanya menunjukkan pola yang sama yaitu makanan disajikan terlambat dan telah basi. Ini tentu sangat membahayakan. Padahal waktu maksimal makanan di suhu ruangan adalah 4 jam,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Satgas MBG OKI Lubis mengatakan keterlambatan konsumsi tersebut terjadi karena adanya jeda waktu penyimpanan yang terlalu lama.

“Makanan itu diperuntukkan bagi siswa yang masuk pukul 11.00 WIB. Tapi, makanan baru dikonsumsi pada sore hari. Ada jeda waktu penyimpanan yang terlalu lama,” katanya.

Hal tersebut yang diduga kuat menyebabkan gangguan pencernaan seperti pusing, mual, muntah, dan sakit perut pada puluhan siswa.

“Hal ini memicu penurunan kualitas makanan dan diduga menyebabkan gejala gangguan pencernaan pada sejumlah siswa,” ucap dia. (Tia)