Gerakan Literasi Lahirkan Siswa Berkarakter dan Berprestasi

Oleh: Nadra Novalia Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Penukal nadranovalia24@gmail.com

Uncategorized319 Dilihat

Abstrak : Penulisan artikel ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai salah satu upaya pembentukan karakter siswa. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah adalah untuk menumbuhkan serta mengembangkan budi pekerti siswa melalui kegiatan literasi di sekolah. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah mencakup tujuh kegiatan, yaitu membuat pojok literasi di tiap kelas, penguatan perpustakaan sekolah, membentuk Tim Literasi Sekolah (TLS), kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran, membuat jurnal baca harian, membuat infografis menggunakan aplikasi Canva, dan melaksanakan berbagai perlombaan yang mendukung kegiatan literasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumen. Hasil yang diharapkan adalah melalui Gerakan Literasi Sekolah terciptalah penguatan budaya literasi untuk memajukan negeri. Kegiatan ini dapat berjalan sesuai dengan harapan jika semua warga sekolah (siswa, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan orang tua siswa) mampu bekerja sama dan saling mendukung.
Kata kunci : Gerakan Literasi, Pendidikan Karakter

Pendahuluan
Pendidikan karakter merupakan salah satu proses mendidik seseorang agar memiliki nilai-nilai budi pekerti atau nilai moral yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan karakter diharapkan mampu memperbaiki dan membangun nilai-nilai baik pada kepribadian siswa yang diselenggarakan oleh pihak penyelenggara pendidikan. Lembaga pendidikan memegang kunci utama penanaman karakter dan akhlak seorang siswa. Siswa diajarkan tata krama, sopan santun, kejujuran, rasa tanggung jawab, integritas, disiplin, kerja keras dan juga solidaritas. Kita berharap sekolah dan madrasah menjadi laboratorium karakter dan akhlak selain sebagai kawah candradimuka-nya calon-calon penerus pemimpin bangsa dan negara Indonesia (Dalyono & Enny Dwi Lestariningsih, 2017 dalam jurnal Dewi, dkk).
Terdapat tiga tujuan utama dari karakter yang dipaparkan oleh (Kesuma et al., 2011 dalam jurnal Dewi, dkk), yaitu: 1) Dalam pengembangan perilaku siswa yang khusus atau khas diperlukan penguatan dan pengembangan terhadap nilai-nilai kehidupan yang dipandang wajib dan berpengaruh terhadap perilaku siswa. 2) Budi pekerti siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah perlu untuk diperbaiki atau dibenahi. 3) Menumbuhkan korelasi yang baik dengan masyarakat dan keluarga dalam menjalankan tugas pendidikan karakter. Untuk menumbuhkan pendidikan karakter di sekolah konsepnya berlandaskan pada visi, misi, dan tujuan sekolah masing-masing yang selanjutnya diimplementasikan (Kamza et al., 2021 dalam jurnal Dewi dkk) ke dalam: 1) kurikulum dan mata pelajaran, 2) budaya sekolah baik di lingkungan guru maupun siswa, dan 3) pengembangan diri melalui program pembiasaan dan pengembangan minat dan bakat siswa. Oleh karena itu, tonggak penting pendidikan karakter dalam membenahi perilaku bangsa serta memanifestasikan masyarakat dengan budi pekerti yang tinggi, responsif, berkembang secara dinamis serta berpusat pada Ilmu-Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Dewi dkk, 2021).
Penumbuhan karakter positif kepada siswa dapat dilakukan salah satunya dengan menggalakkan budaya literasi, baik di rumah, di lingkungan masyarakat, maupun di sekolah. Ki Hajar Dewantoro dikenal sebagai Tri Sentra Pendidikan, menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menumbuhkan budaya literasi di usia dini merupakan langkah awal untuk menanamkan cinta baca pada seorang anak. Budaya literasi di Indonesia saat ini masih menjadi perhatian khusus terutama bagi seorang guru. Seorang guru dapat meliputi tiga peran, yaitu sebagai innovator, fasilitator, dan motivator. Para guru harus mengembangkan ide-ide baru, seperti menemukan strategi, metode, dan konsep yang dapat memotivasi siswa dan menumbuhkan minat bacanya.
Dalam perkembangan era pendidikan 4.0, literasi siswa perlu ditingkatkan agar dapat membekali diri dengan pengetahuan untuk bersaing dan mengikuti perkembangan zaman. Literasi merupakan istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan. Karena itu, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa (Nudiati & Sudiapermana, 2020).

Education Development Center (EDC) juga turut menjabarkan pengertian dari literasi, yakni kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya, dan tidak sebatas kemampuan baca tulis saja (Nudiati & Sudiapermana, 2020).  Literasi juga merupakan peristiwa sosial yang dilengkapi keterampilan-keterampilan untuk menciptakan dan menginterprestasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi dalam bentuk tulisan maupun lisan. Dari pengertian di atas, wajar jika saat ini literasi kerap menjadi isu seksi yang ramai dibincangkan. Keyakinan bahwa lewat kemampuan literasi anak negeri, membuat dunia pendidikan berkomitmen mengembangkan kegiatan literasi demi kemajuan masa depan bangsa.

Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan kemampuan menulis. Seseorang dapat dikatakan literat jika mereka sudah dapat memahami suatu hal karena telah memahami informasi sebagai hasil dari membaca yang tepat dan melaksanakan pemahamannya sesuai dengan apa yang dia serap. Penguasaan literasi dalam segala bentuk ilmu pengetahuan sangat diperlukan karena dengan begitu akan ikut serta mendorong kemajuan suatu bangsa. Literasi sebagai sebuah bentuk kegiatan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan segala bentuk ilmu pengetahuan akan membangun manusia yang memiliki pengetahuan yang luas. Mengingat pentingnya apa itu literasi sepertinya hal ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada masyarakat kita. Khususnya kalangan pelajar sepertinya kurang meminati budaya literasi. Padahal begitu besar manfaat literasi bagi kalangan pelajar untuk menambah ilmu yang mereka pelajari di sekolah.

Fenomena yang sering terjadi di sekolah sekarang ini adalah ketika bel istirahat sekolah berbunyi, sebagian besar siswa akan memilih ke kantin sekolah sebagai tempat untuk menghabiskan waktu istirahat daripada menuju ke perpustakaan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah masih belum sepenuhnya menumbuhkan budaya literasi sebagai bagian dari pengembangan diri para pelajar, khususnya kegiatan baca dan tulis. Sekolah merupakan bagian paling utama dalam menumbuhkan budaya membaca bagi pelajar, namun tidak semua sekolah mampu menyediakan sarana dan prasarana untuk menciptakan lingkungan ramah baca bagi pelajar (Alfarikh, 2017).

Menumbuhkan budaya literasi di kalangan pelajar memang memerlukan kerja keras terutama guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan. Guru dapat melakukan pembiasaan-pembiasaan membaca kepada siswa agar mereka terbiasa tanpa adanya tekanan atau paksaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa adanya unsur paksaan. Menumbuhkan kebiasaan membaca pada kalangan pelajar bukan merupakan suatu yang alamiah, melainkan hasil dari sebuah proses belajar yang dilakukan secara terus-menerus. Perkembangan kebiasaan melakukan kegiatan terutama kegiatan membaca merupakan proses belajar yang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam setiap proses belajar, kemampuan mendapatkan keterampilan-keterampilan baru tergantung dari dua faktor, yaitu faktor internal dalam hal ini kematangan individu dan ekternal seperti stimulasi dari lingkungan. Budaya literasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang dimiliki oleh manusia. Hasil dari budaya literasi tersebut akan menjadikan manusia untuk siap dalam segala tantangan dalam permasalahan kehidupan sehari-hari (Susanto, 2016).
Ada banyak manfaat literasi, di antaranya membantu pengembangan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan memori dan pemahaman. Dengan sering membaca, seseorang mengembangkan kemampuan untuk memproses ilmu pengetahuan, mempelajari berbagai disiplin ilmu, dan menerapkan dalam hidup. Dengan demikian, literasi tidak sekadar pemahaman tentang baca tulis, tetapi bagaimana mengaplikasikan pengetahuan literasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan sering berliterasi, seseorang juga akan memiliki kemampuan menulis dan menganalisis dengan baik (Lubis, 2020).

Budaya literasi tidak sekadar kegemaran individu dalam hal membaca, tetapi juga upaya untuk memenuhi tantangan zaman. Budaya literasi merupakan hal yang penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas dan berkarakter hingga nantinya akan membentuk bangsa yang unggul dan berkualitas. Melalui kegiatan literasi, seseorang telah mempunyai bekal untuk menghadapi tantangan yang ada saat ini maupun tantangan yang ada di masa depan. Mengapa demikian? Karena kegiatan literasi akan mempengaruhi pola pikir seseorang dalam membaca situasi dan peluang yang ada sehingga seseorang akan berhati-hati dalam mengambil keputusan (Abidin, 2020).
Gemar membaca tidak tumbuh begitu saja. Peranan keluarga, sekolah, dan masyarakat penting dalam pembentukan kebiasaan gemar membaca. Sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, Yoshiko Shimbun, memuat tulisan tentang peran sekolah dalam membentuk kebiasaan membaca di Jepang. Para guru mewajibkan siswa untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun dan diyakini turut mendorong perkembangan peradaban Jepang (Lubis, 2020).
Berdasarkan data Perpustakaan Nasional (Perpusnas), tingkat kegemaran membaca (TGM) masyarakat Indonesia sebesar 63,9 poin pada 2022. Skor tersebut meningkat 7,4 % dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 59,52 poin. Angka ini sudah masuk dalam kategori tinggi. Pada beberapa tahun sebelumnya, tingkat kegemaran membaca Indonesia selalu berada di kategori sedang. Survei ini dilakukan bertujuan untuk mengukur frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah buku yang dibaca.

Pada Tahun 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengeluarkan Permendikbud No 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah memandang kemampuan literasi sebagai upaya untuk menumbuhkan budi pekerti yang menekankan pada kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas seperti, berbicara dan berkomunikasi, melihat, membaca, menulis, atau menyimak sebuah objek.
Pendidikan karakter melalui Gerakan Literasi Sekolah diharapkan mampu menciptakan penerus masa depan bangsa yang berbudi dan berakhlak baik. Pendidikan karakter yang utama tidak dilaksanakan dalam pendidikan formal saja, tetapi dalam pendidikan informal di keluarga, meluas di masyarakat dan bangsa. Pendidikan karakter selalu berhubungan dengan persoalan integritas, contoh dan perilaku. Integritas mampu memunculkan berbagai aspek pengembangan karakter utama seperti jujur, disiplin, dan bertanggung jawab. Kegiatan membaca, mengamati berbagai fenomena dan mampu melaksanakannya. Pendidikan karakter selalu berproses dan tidak pernah selesai dilakukan oleh individu. Proses itu terus menerus dilakukan untuk penyempurnaan (Wandasari, 2017).

Gerakan literasi merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah, akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll) dan pemangku kepentingan. Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Kemendikbud, 2016).
Adapun tujuan dari Gerakan Literasi Sekolah ini adalah 1) untuk menumbuhkan serta mengembangkan budi pekerti siswa melalui kegiatan literasi di sekolah, 2) meningkatkan kesadaran siswa bahwa membaca itu sangat penting serta membawa wawasan yang lebih luas, 3) Menjadikan sekolah yang menyenangkan serta taman belajar yang kaya akan sumber pengetahuan, 4) Menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca untuk mendukung keberlanjutan pembelajaran (Budidharma, 2020).

Pembahasan
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan literasi sering diterjemahkan masyarakat sebagai gerakan membaca saja padahal seharusnya lebih daripada itu. Membaca adalah salah satu jenis kemampuan berbahasa siswa di samping menyimak, berbicara, dan menulis. Karena merupakan bagian dari literasi, membaca tidak bisa dilepaskan dari dunia pendidikan. Membaca adalah jalan untuk mendapatkan pengetahuan. Orang bijak mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Jika buku merupakan jendela dunia, membaca adalah kunci untuk membuka jendela dunia tersebut. Maka, dengan membaca, akan terbuka jendela untuk memperolah pengetahuan seluas-luasnya.

Membaca merupakan jantung pendidikan. Artinya, tanpa membaca mustahil timbul kehidupan dari pendidikan. Membaca adalah berpikir, bahkan membentuk pola pikir. Karena itu, membaca bukan persoalan sederhana. Membaca pada hakikatnya adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam bentuk lisan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Membaca adalah suatu usaha memetik dan memahami makna yang terkandung dalam bahasa tertulis, baik makna yang tersirat dengan cara memproses informasi, maupun yang bersifat silabis, sintaktis, dan semantis (Tarigan, 2008). Walaupun demikian, literasi tidak sesederhana membaca saja. Gerakan literasi adalah gerakan yang lebih kompleks dan terstruktur.
Adapun tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu sebagai berikut (Antasari, 2017 dalam jurnal Widodo): 1) Tahap pembiasaan, yaitu sekolah menyediakan berbagai buku dan bahan bacaan yang dapat menarik minat siswa. Misalnya, menata sarana dan area baca, menciptakan lingkungan yang kaya teks, mendisiplinkan kegiatan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, melibatkan guru dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS). 2) Tahap pengembangan, yaitu bertujuan untuk mengembangkan kecapakan literasi melalui berbagai kegiatan literasi. Misalnya, kegiatan membaca cerita dengan intonasi, mendiskusikan suatu bahan bacaan, menulis cerita, dan melaksanakan festival literasi. 3) Tahap pembelajaran, yaitu sekolah menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan minat baca dan meningkatkan kecakapan literasi siswa melalui buku pengayaan dan buku teks pelajaran. Misalnya, kegiatan pembinaan kemampuan membaca, menulis cerita, dan mengintegrasikan kegiatan literasi dalam tahapan pembelajaran.

Dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah, pihak sekolah harus merancang berbagai upaya dalam mewujudkan gerakan literasi sekolah ini sehingga berjalan dengan maksimal. Berikut adalah pelaksanaan gerakan literasi sekolah menurut Budidharma (2020:73), yaitu:
Membuat pojok literasi di tiap kelas
Dalam membuat pojok literasi, buatlah dengan menarik sehingga dapat menumbuhkan rasa minat dalam membaca dan juga tambahkan buku yang menarik siswa dalam membacanya. Dalam membuat pojok literasi, buatlah papan beserta nama siswa jika siswa sering membaca buku dari pojok literasi diberikan bintang sehingga memancing siswa lainya untuk membaca. Dalam mewujudkan pojok literasi yang kreatif, perlu adanya bahan bacaan yang menarik perhatian siswa untuk membacanya. Untuk bahan bacaan yang ingin ditambahkan boleh apa saja, antara lain koran, majalah, novel, kumpulan cerpen, puisi, buku fiksi, dan buku nonfiksi, buku pelajaran, ensikpopedia, dan sebagainya. Upaya guru dalam menghidupkan pojok literasi ini, yaitu pertama, dengan menempelkan karya siswa di dinding kelas, seperti menempelkan hasil karya dari tugas-tugas siswa dalam pembuatan puisi, cerita, pantun dan lain-lain. Hal ini bisa memicu siswa dalam membaca dan juga semangat dalam belajar karena siswa akan terpancing ingin membuat karya yang bagus agar bisa dipajang di dinding kelas. Kedua, pada dinding di sekitar pojok baca dapat diberikan kata-kata motivasi tentang pentingnya membaca, menjaga pola hidup sehat, disiplin, membuang sampah, dan rajin beribadah sehingga siswa dapat mengerti nilai-nilai budi pekerti dari membaca.
Penguatan perpustakaan sekolah

Penguatan perpustakaan sekolah juga dinilai penting karena perpustakaan sekolah sebagai tempat terdepan dalam mendukung terlaksananya kegiatan literasi sekolah. Penguatan perpustakaan sekolah dapat dilakukan melalui pemenuhan fasilitas sarana prasarana pendukung dan penambahan koleksi bahan bacaan. Saat ini yang sering kita jumpai di perpustakan sekolah hanyalah buku-buku pelajaran, ensiklopedia, dan pengayaan. Sementara buku-buku nonpelajaran seperti biografi/otobiografi, novel, buku cerita, jurnal, atau buku-buku yang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini sangat jarang kita temukan terpajang di rak buku dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, perlu adanya pembaruan dalam koleksi buku di perpustakaan sekolah agar dapat menjadi perpustakaan yang disukai dan dirindukan oleh siswa. Selain menambah koleksi buku, kondisi perpustakaan yang bersih dan nyaman juga sangat berpengaruh untuk mencuri perhatian para siswa agar mau berkunjung dan membaca di perpustakaan.

Membentuk Tim Literasi Sekolah (TLS)
Agar implementasi literasi dapat berjalan dengan baik, sekolah perlu memastikan bahwa warga sekolah memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang prinsip-prinsip kegiatan membaca dan bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaan programnya. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk Tim Literasi Sekolah (TLS). Pembentukan TLS adalah untuk membantu para guru dan tenaga kependidikan; membuat dan menyepakati petunjuk praktis pelaksanaan program membaca yang mendukung literasi di tingkat sekolah.  Pembentukan tim literasi ini beranggotakan kepala sekolah, kepala perpustakaan sekolah, dan guru bahasa (baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris). Dalam kedudukannya sebagai sebuah tim, ada beberapa tugas pokok dan fungsi (tupoksi) TLS untuk menumbuhkembangkan GLS di tiap sekolah. Tim literasi sekolah bertanggung jawab merancang kegiatan literasi sekolah yang akan dilakukan, memantau pelaksanaan kegiatan literasi, melakukan evaluasi, dan melakukan pengecekan buku jurnal baca secara berkala. Dalam pelaksanaan tugasnya, tim literasi sekolah bisa melakukan kerja sama dengan wali kelas (Indani, 2019).

Kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran
Setelah semua buku terpenuhi maka dapat dilanjutkan ke kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Kegiatan ini merupakan proses pembiasaan siswa agar dapat menumbuhkan minat baca dalam diri siswa. Melalui kegiatan ini, siswa diminta untuk membaca berbagai buku yang mereka minati selama 10 menit lalu setelah selesai dalam membaca mereka diminta untuk menuliskan makna dari bacaan tersebut atau menceritakan buku dari yang dibaca, baik cetak maupun daring. Hal ini bertujuan untuk menanamkan budi pekerti melalui cerita yang mereka baca. Dengan menceritakan kembali isi cerita yang dibaca, siswa dapat mengambil pesan moral yang terkandung dalam bacaan tersebut. Dalam kegiatan ini guru harus lebih sensitif kepada anak agar bisa membaca secara maksimal dengan kondisi kelas yang baik maka semua akan berjalan sesuai dengan harapan. Ada 5 poin penilaian yang diterapkan dalam kegiatan ini, yakni: 1) Kompetensi meringkas isi bahan bacaan, 2) Kompetensi memahami isi dan bahasa bahan bacaan, 3) Jumlah atau banyaknya materi bahan bacaan, 4) Variasi bahan bacaan 132, 5) Presentasi dan kemampuan menceritakan kembali hasil dari membaca salah satu bahan bacaan (Lubis, 2020).

Membuat jurnal baca harian
Dalam membuat jurnal membaca ini, sebagai suatu program guru dalam mengawasi siswa agar gemar dalam membaca. Dalam hal ini siswa membuat jurnal membaca yang bertujuan untuk mengetahui buku bacaan yang dia baca dan mencari tahu makna yang dipetik dari buku tersebut. Dalam melakukan pengawasan guru akan mengoreksi buku jurnal mereka setiap pagi sebelum pembelajaran untuk mengetahui buku yang dibaca dan mengetahui siswa apakah di rumah membaca buku atau tidak. Jurnal baca harian memiliki manfaat yang besar bagi pengembangan literasi membaca. Apabila dikolaborasikan dengan jam khusus membaca, selain menumbuhkan minat baca, jurnal baca harian dapat mengasah pemahaman akan isi buku. Jurnal baca harian merupakan cermin kompetensi dan kebiasaan berliterasi. Misalkan saja pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), melalui jurnal baca harian tersebut seorang guru mengetahui kiprah siswa untuk mendapatkan wawasan dunia.

Membuat infografis menggunakan aplikasi Canva
Seperti yang kita ketahui, kegiatan literasi ini tidak hanya mencakup kegiatan membaca saja, tetapi juga kegiatan menulis. Dengan kemajuan teknologi, para pendidik dapat memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Infografis adalah representasi visual dari informasi, data, atau pengetahuan yang akan dikolaborasi dengan desain sehingga akan menghasilkan karya yang lebih baik daripada hanya teks saja (Machromah et al., 2021 dalam jurnal Ningrum dkk). Penggunaan infografis ini dapat menarik perhatian pembaca. Infografis juga termasuk model pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) yang memiliki manfaat mengembangkan sikap, keterampilan melalui belajar sambil bekerja (Umami, et al., 2016 dalam jurnal Ningrum dkk).

Penggunaan infografis dengan menggunakan aplikasi Canva dalam gerakan literasi ini diharapkan mampu memotivasi siswa dalam hal membaca dan menulis dengan kolaborasi kreativitas. Selain itu, siswa tidak merasa bosan karena dengan infografis, karya yang dihasilkan terlihat modern dan keren, serta dapat dijadikan bahan konten di media sosial. Dengan adanya kegiatan pelatihan ini, siswa dapat memiliki kemampuan dan keterampilan membuat infografis. Para siswa sudah memahami cara membuat infografis, praktik membuat infografis, dan menyebarluaskan hasil karyanya di media massa atau media sosial. Diharapkan dengan video infografis yang diunggah ke media sosial dapat meningkatkan nilai-nilai budi pekerti, seperti keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat atau gagasan meraka, seiring dengan itu diharapkan juga kepercayaan diri mereka pun itu tumbuh. Lebih dari itu, dengan media infografis dapat memiliki potensi untuk menumbuhkan kesadaran pada literasi digital. Manfaat media digital juga untuk menjawab tantangan pembelajaran di era ini yang mengharuskan siswa untuk memiliki beberapa keterampilan agar siap bertahan di era digital. Adapun keterampilan yang seharusnya dikuasi oleh siswa dalam pembelajaran abad 21 ini ialah kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan kreatif. Keempat keterampilan ini diistilahkan dengan keterampilan 4C.

Melaksanakan berbagai perlombaan yang mendukung kegiatan literasi
Berbagai jenis perlombaan yang mendukung kegiatan literasi misalnya lomba membaca puisi, pidato, membuat mading, dan kegiatan lain yang bisa mendukung kegiatan literasi. Dalam kegiatan ini bisa dilaksanakan pada waktu jeda semester atau akhir semester. Dengan adanya perlombaan ini, diharapkan dapat memperbaiki kecakapan siswa dalam membaca dan menulis juga memicu semangat siswa dalam berkompetisi. Pihak sekolah dapat memberikan penghargaan atau hadiah, seperti sertifikat dan juga bahan bacaan bagi siswa yang berhasil memenangkan perlombaan tersebut. Dalam kegiatan ini juga dapat menanamkan nilai-nilai budi pekerti, seperti jujur dan bertanggung jawab.

Pengimplementasian Gerakan Literasi Sekolah sudah mulai menunjukkan gaungnya, meskipun belum sepenuhnya sesuai dengan harapan pemerintah. Beberapa pihak yang merupakan komponen penting dari gerakan literasi ini, secara pelan tetapi pasti mulai menununjukkan kepeduliannya. Gerakan literasi sekolah ini bertujuan untuk membudayakan atau membiasakan kegiatan membaca, apalagi menulis. Jika dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk akan sangat berpengaruh pada keberhasilannya. Jadi semua elemen yang terlibat untuk keberhasilan gerakan literasi sekolah ini, harus senantiasa bekerja sama membiasakan diri untuk membaca dan menulis, yang muara akhinya nanti terciptalah penguatan budaya literasi untuk memajukan negeri.

Penutup
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter yang baik pada siswa salah satu langkah yang bisa dilakukan ialah menumbuhkan budaya literasi sejak dini. Harapan penulis, Gerakan Literasi Sekolah ini dapat direalisasikan di setiap satuan pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan literasi siswa di sekolah. Oleh karena itu, guru dapat melakukan suatu gerakan, yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS ini merupakan progam pemerintah sebagai suatu upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan literasi. GLS dapat terlaksana sesuai dengan harapan apabila seluruh warga sekolah dapat bekerja sama dengan baik. Selain itu, guru juga dapat menggunakan media infografis sebagai wujud pemanfaatan perkembangan teknologi saat ini untuk mengasah kemampuan membaca dan menulis siswa. Dengan usaha-usaha tersebut, diharapkan kegiatan literasi ini dapat terus berkembang dan mengalami kemajuan yang dapat menjadikan para penerus bangsa ini memiliki pribadi yang cerdas dan berkarakter.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Nur Robi’ Z. 2020. Literasi Membaca sebagai Upaya Pembentuk Karakter
Peserta Didik (Jujur dan Bertanggung Jawab). Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana Unnes. Diakses pada 07 Oktober 2023 dari
https://proceeding.unnes.ac.id
Academia.edu. 2015. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015. Diakses pada 08
Oktober 2023 dari https://www.academia.edu/27361226/
Permendikbud_No_23_Tahun_2015

Alfarikh, A. 2017. Menumbuhkan Budaya Literasi di Kalangan Pelajar. Diakses pada 13 Oktober 2023 dari https://publikasiilmiah.ums.ac.id

Budidharma, Ketut B. 2020. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah dalam
Menumbuhkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edukasi Nonformal.
Diakses pada 12 Oktober 2023 dari https://ummaspol.e-journal.id

DataIndonesia.id. 2023. Tingkat Kegemaran Membaca Warga Indonesia Meningkat
Pada 2022. Diakses pada 08 Oktober 2023 dari
https://dataindonesia.id/ragam/detail/tingkat- kegemaran-membaca-warga-
indonesia-meningkat-pada-2022

Dewi, Dinie Anggraini dkk. 2021. Menumbuhkan Karakter Siswa Melalui Literasi
Digital. Jurnalbasicedu. Vol 5 (6). Diakses pada 11 Oktober 2023 dari
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1609

Indani, Nur. 2019. Gerakan Literasi Sekolah SMA Negeri 10 Palembang. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang. Diakses pada 07 Oktober 2023 dari https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id

Kemendikbud. (2016). Pandauan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah
Kejuruan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Lubis, Silvia S.W. 2020. Membangun Budaya Literasi Membaca dengan Pemanfaatan
Media Jurnal Baca Harian. Pionir: Jurnal Pendidikan. Diakses pada 10 Oktober
2023 dari https://jurnal.ar-rainy.ac.id

Ningrum, Fitri Wahyu dkk. 2021. Revitalisasi Budaya Literasi melalui Pemanfaatan
Infografis SMK Sukawati Gemolong Kala Pandemi. Buletin KKN Pendidikan.
Vol 3(2). Diakses pada 11 Oktober 2023 dari https://doi:10.23917/bkkndik.v3i2.14550

Nudiati, D., & Sudiapermana, E. (2020). Literasi Sebagai Kecakapan Hidup Abad 21
Pada Mahasiswa. Indonesia Journal of Learning Education and Counseling, Vol 3(1), 34–40. Diakses pada 13 Oktober 2023 dari https://doi.org/https://doi.org/10.31960/ijolec.v3i1.561

Susanto, Heru. 2016. Membangun Budaya Literasi dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Menghadapi Era MEA. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Vol 1 (1). Diakses pada 09 Oktober 2023

Wandasari, Yulisa. 2017. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai
Pembentuk Pendidikan Berkarakter. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan
Supervisi, Pendidikan. Vol 1 (1). Diakses pada 13 Oktober 2023 dari
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id

Widodo, Antoni. 2020. Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tarbawi:Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol 16 (1).
Diakses pada 09 Oktober 2023. (*)