Kisah Kuduk Betelok

Senjata yang Sering Terselip di Pinggang

Sumsel268 Dilihat

Pagaralam, Focuskini

Dari sekian banyak jumlah dan jenis senjata tajam (Sajam) yang ada di Kota Pagar Alam, seperti Siwar, Gubang, Gerahang, Pisau dan Badik. Namun sajam jenis Kuduk menjadi salah satu senjata yang hingga saat ini masih populer di kalangan masyarakat Kota Pagar Alam.

Kendati nama Kuduk terdengar juga di beberapa kabupaten/kota lain di Sumatera Selatan. Akan tetapi kuduk Pagar Alam memiliki sebutan dan ciri khas tersendiri sebagai pembeda yakni dengan nama “Kuduk Betelok”.

Lantaran selain runcing pada bagian ujungnya, pada sisi tajamnya pun berbentuk oval menyerupai telur, sehingga disebut Kuduk Betelok. Telah pula diakui sebagai budaya khas warga kota dengan sebutan Bersih Sejuk Aman dan Ramah (Besemah).

Bentuknya berbagai macam, mulai dari yang paling besar dengan panjang sekitar 30 cm, hingga paling kecil dan muat dalam saku celana.

Konon ceritanya, bahwa Kudok Betelok ini merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan serta sering dibawa oleh orang-orang zaman dahulu. Biasanya Kudok selalu terselip di pinggang karena dianggap sebagai Denga Sanak (saudara laki-laki), Endung ‎(ibu), Bapang (ayah), Ading (adik), Kelawai (saudara perempuan) dan keluarga lainnya.

Apalagi ketika berakvitas di luar rumah seperti kebun dan sawah, Kuduk Betelok dianggap bukan hanya untuk melindungi diri dari orang jahat. Namun juga melindungi diri dari berbagai macam binatang buas.

Sam Teguh (50), salah seorang penjual Kuduk dan peralatan lain di Simpang Asam Langgar Tengah mengatakan, bahwa saat ini Kuduk Betelok masih banyak ditemui di para penjual. Dan peminatnya pun masih tetap ada meskipun kegunaanya hanya untuk koleksi saja.

Bicara soal harga, kata Teguh, ada yang sampai jutaan. Jika menggunakan bahan baku besi pilihan. Seperti Perr Wilis dan semacamnya. Apalagi kalau menggunakan Ranggian (Sarung dan Gagang) terbuat dari kayu berkelas. Seperti Entenam dan Cemara, maka akan memiliki nilai tambah.

“Kalau yang kecil atau mini harganya kisaran dari Rp150 – 200 ribu. Tapi tetap memakai bahan dan kayu berjualitas. Ini yang menjadi alasan pembeli sanggup bayar tinggi,” jelasnya.

Dirinya mengatakan, ada pula pecinta Kuduk Betelok ini yang tidak membeli barang yang sudah jadi, atau yang sudah dipajang oleh penjual. Melainkan langsung datang ke pandai besi memesan sendiri, untuk mendapatkan hasil dan bentuk yang sesuai keinginan. Biasanya mereka membawa bahan baku sendiri, sehingga nanti hanya tinggal membuat sarung dan gagang saja entah mereka buat sendiri ataupun membayar jasa orang lain.

“Biasanya orang yang seperti ini adalah mereka yang hobby mengoleksi ataupun berniat menjual dengan harga tinggi juga,”terangnya.

Sementara Aidil (35), salah seorang pengrajin besi berbagai macam jenis senjata di Pagar Alam di Pasar Terminal Nendagung mengatakan bahwa saat ini Kuduk Betelok maupun kuduk jenis lain, tidak hanya dijual kepada warga Pagar Alam yang berdomisili di Pagar Alam saja.

Melainkan banyak warga Pagar Alam yang tinggal di kota-kota lain yang tidak jarang memesan ke pengrajin langsung untuk mendapatkan senjata jenis Kuduk.

“Dan harganya pun bervariasi, tergantung ukuran dan bahan. Bahkan kalau yang pesan itu dari luar, tentunya ada biaya tambahan sebagai ongkos kirim (ongkir),” ucapnya.

Sementara pengamat Sejarah Kota Pagar Alam, Asmadi Lany mengatakan bahwasanya Kuduk Betelok yang dikenal sebagai senjata khas warga Besemah, tidak memiliki sejarah atau filosopi tersendiri. Karena senjata jenis Kuduk ini, aslinya merupakan buatan seorang pengrajin dari daerah OKI yakni H Malik.

“Mungkin karena ingin jadi pembeda dengan daerah lain, makanya dinamakan Kuduk Betelok. Meskipun Kuduk Betelok, saat ini sudah banyak perubahan dengan yang sering digunakan oleh orang-orang zaman dulu,” jelasnya.

Akan tetapi saat ini kebiasaan membawa Kuduk Betelok di pinggang sudah mulai jarang. Bahkan hampir tidak ada lagi, seiring dengan larangan tidak boleh membawa senjata tajam.

Hal ini karena dikhawatirkan akan menjadi pemicu terjadinya hal-hal negatif seperti keributan dan tindak kriminal lainnya, sehingga Kuduk Betelok pun kebanyakan hanya menjadi koleksi para pecinta besi atau senjata khas semata.

Namun sebagian masyarakat banyak juga yang menggunakan Kuduk Betelok, sebagai alat untuk menyembelih ayam dan binatang peliharaan di saat menolong keluarga yang sedang hajatan. Dan di kalangan pemerintah pun Kuduk Betelok acap kali menjadi cindera mata khas Kota Pagar Alam.

Bahkan Pemerintah Kota Pagar Alam melalui Dinas Pariwisata Kota Pagar Alam pun membuat patung Kuduk Betelok berukuran raksasa di salah satu objek wisata. Sebagai tanda bahwa Kuduk Betelok memang merupakan senjata khas Kota Pagar Alam. (Delta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *