Langkah Nyata Kilang Pertamina Plaju Menjaga Ikan Belida, Warisan Keanekaragaman Hayati Nusantara yang Hampir Punah

Ekonomi55 Dilihat

Palembang,Focuskini

Bagi orang Palembang, belida adalah lebih dari sekadar ikan. Ia seperti memiliki daya magis tersendiri. Dagingnya putih lembut, berserat halus, dan dipercaya menjadi bahan baku terbaik untuk membuat pempek, makanan kebanggaan kota yang namanya tersohor jauh melampaui tepian Sungai Musi. Dari pempek kapal selam yang kaya rasa hingga pempek lenjer yang sederhana, citarasa belida selalu memberi sentuhan istimewa yang sulit tergantikan.

Namun kini, cita rasa itu hampir hanya tinggal kenangan. Sudah lama belida tak lagi menampakkan diri di arus Sungai Musi. Ikan yang dulu sering terlihat melintas anggun di bawah permukaan air kini hanya hidup dalam cerita para nelayan tua. Hilangnya belida dari habitat aslinya bukan sekadar kabar tentang menurunnya populasi satu spesies, melainkan pertanda bahwa keseimbangan ekosistem perairan sedang terganggu.

Jenis Chitala lopis, yang dulu menjadi primadona di perairan ini, telah dinyatakan Extinct (punah) oleh IUCN Red List (https://www.iucnredlist.org/species/157719927/89815479). Sementara Notopterus notopterus (Belida Jawa), saudaranya yang masih tersisa, sempat masuk daftar satwa yang dilindungi penuh melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2021 serta Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2022, setelah akhirnya dicabut dan diturunkan statusnya menjadi perlindungan terbatas melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 83 Tahun 2024.

Lahirnya Gerakan Penyelamatan

Realita ini menjadi pemicu lahirnya Belida Musi Lestari, sebuah program konservasi yang digagas PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) III Plaju pada 2019. Sejak awal, program ini dirancang bukan hanya untuk melestarikan populasi belida, tetapi juga mengedukasi masyarakat dan menciptakan alternatif ekonomi bagi nelayan agar tidak lagi bergantung pada tangkapan belida di habitatnya.

Perjalanan dimulai pada 2019 dengan kampanye persuasif kepada nelayan dan pembudidaya agar menghentikan penangkapan belida dari alam. Tahun itu menjadi tonggak lahirnya upaya budidaya belida pertama di Sumatera Selatan, dimana tim CSR/TJSL Kilang Pertamina Plaju melakukan Rescue 30 ekor ikan Belida dari Nelayan yang kemudian dilakukan budidayakan di Pokdakan Mulia, Kelurahan Talang Bubuk sebagai mitra binaan.

Tahun berikutnya, 2020, dilanjutkan rescue dengan tangkapan sebanyak 110 ekor Belida bersam Dinas Perikanan Kota Palembang. Pada tahun yang sama, dilakukan uji coba kolam buatan yang dirancang sedemikian rupa untuk meniru habitat asli, dengan air jernih, dasar berlumpur, dan arus yang terukur menyerupai Sungai Musi.

Tahun 2021 menjadi titik penting dengan dilakukannya riset budidaya secara ex-situ, tetap menggunakan air Sungai Musi untuk menjaga kesesuaian kualitas habitat. Menyusul diberlakukannya perlindungan penuh terhadap belida, pembudidaya dialihkan untuk memproduksi ikan konsumsi seperti lele, sehingga tetap memiliki penghasilan tanpa merusak populasi belida yang tersisa.

Memasuki 2022, program ini berkembang menjadi Gerakan Cinta Belida yang menyasar sekolah-sekolah, kelompok nelayan, dan komunitas lokal. Kesadaran masyarakat dibangun, sambil mengembangkan budidaya ikan lokal lain seperti baung, tembakang, dan gabus untuk mencegah penurunan populasi serupa.

Setahun kemudian, pada 2023, berdirilah kawasan edukasi dan riset budidaya belida di Sumatera Selatan, yang kini menjadi pusat rujukan teknologi konservasi spesies ini. Hingga saat ini, total 370 ikan Belida telah dikonservasi melalui program Belida Musi Lestari

Sains, Kolaborasi, dan Harapan

Di tengah kekhawatiran atas hilangnya belida dari perairan Indonesia, tim riset berhasil menemukan kembali spesies Chitala hypselonotus, yang sebelumnya pernah dinyatakan punah pada tahun 2006. Penemuan ini menjadi titik terang bagi upaya konservasi, membuktikan bahwa alam masih menyimpan kejutan dan peluang untuk memulihkan spesies yang hilang.

Saat ini, Chitala hypselonotus telah dimasukkan ke dalam program konservasi terpadu yang digagas Kilang Pertamina Plaju bersama BRIN dan mitra akademik. Upaya pembiakan dilakukan dengan pendekatan hati-hati, memastikan kondisi habitat dan pola pakan mendekati aslinya, agar spesies ini dapat beradaptasi dan berkembang biak secara berkelanjutan.

Selanjutnya, salah satu tonggak penting adalah keberhasilan audiensi Kilang Pertamina Plaju bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terkait Notopterus notopterus pada 2024 lalu, yang akhirnya berhasil mengeluarkan spesies itu dari status perlindungan penuh dalam Kepmen KP Nomor 83 Tahun 2024.

Dengan demikian, pengelolaan populasi belida jawa atau populer dengan sebutan Putak di Sumatera Selatan, dapat dilakukan secara lebih adaptif, menjaga keberlanjutan ekosistem sambil memberi ruang untuk pemanfaatan yang terkontrol. Belakangan, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Tunas Makmur binaan Kilang Pertamina Plaju juga mulai mengembangkan kembali budidaya Belida Jawa di kolam-kolam halaman rumah mereka, sebagai langkah nyata menjaga kelestarian ikan itu.

Sementara itu, meski Chitala lopis, spesies belida yang dinyatakan Extinct (punah) oleh IUCN, namun Kilang Pertamina Plaju bersama BRIN tetap menjaga semangat konservasi. Apalagi, beberapa waktu lalu, tim rescue Belida Musi Lestari telah menemukan spesies Belida ber ‘KTP’ Palembang asli.

Kini, Semua jenis belida di Indonesia turut dikonservasi melalui Program Belida Musi Lestari, di beberapa lokasi seperti lokasi di Kampus Universitas PGRI Palembang, Animalium BRIN di Kebun Raya Cibinong, dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Koleksi indukan yang tersisa pun dirawat dengan seksama, sementara riset genetika dan budidaya terus dilakukan demi mempertahankan warisan biologis yang hampir hilang ini.

Bagi Kilang Pertamina Plaju, ini adalah investasi jangka panjang. “Konservasi bukan hanya menyelamatkan satu spesies, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan warisan budaya yang lahir darinya,” ujar Siti Rachmi Indahsari, Area Manager Communication, Relations & CSR PT Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju.

(Statement BRIN….)

Momentum Hari Konservasi Alam Nasional

Hari Konservasi Alam Nasional, yang diperingati setiap 10 Agustus, menjadi panggung untuk mengingatkan kembali bahwa belida bukan sekadar bagian dari sejarah kuliner dan budaya Palembang. Ia adalah simbol yang harus kembali hidup di arus Sungai Musi, menari di air sebagaimana dulu—bukan sekadar menjadi bahan cerita.

Melalui Belida Musi Lestari, Kilang Pertamina Plaju mengajak semua pihak untuk ikut serta. Karena suatu hari nanti, kita ingin bukan hanya merasakan kembali cita rasa pempek asli belida, tetapi juga melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana siripnya melambai di bawah permukaan Musi—tarian yang tidak lagi menjadi tarian terakhir.

Selaras dengan SDGs dan Prinsip ESG

Upaya ini bukan hanya memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat lokal, tetapi juga menjadi bagian dari komitmen Pertamina Group dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Program Belida Musi Lestari berkontribusi pada SDG 14 (Life Below Water) melalui perlindungan ekosistem perairan, SDG 15 (Life on Land) dengan menjaga keanekaragaman hayati, serta SDG 8 (Decent Work and Economic Growth) lewat penciptaan alternatif penghidupan bagi nelayan.

Dari perspektif Environmental, Social, and Governance (ESG), inisiatif ini mencerminkan tanggung jawab lingkungan (Environmental), pemberdayaan masyarakat (Social), dan tata kelola kolaboratif (Governance) yang kuat. Bagi Kilang Pertamina Plaju, pelestarian belida adalah bukti bahwa praktik bisnis yang berkelanjutan bisa berjalan seiring dengan kepedulian terhadap alam dan budaya.(soim)