ODGJ Berkeliaran, Salah Siapa?

Laporan Khusus124 Dilihat

Sumsel Focuskini

Masalah penanganan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah persoalan yang belum bisa dituntaskan hingga kini. Jumlah penderita ODGJ juga agaknya sulit untuk berkurang. Dan mirisnya, bukan mendapat perawatan ODGJ justru dibiarkan berkeliaran di jalanan.

Tak hanya terjadi di kota besar seperti Palembang, ODGJ yang berkeliaran di jalan juga banyak dialami di setiap daerah.

Lihat saja di Empat Lawang. Hampir di setiap sudut daerah ini ada ODGJ yang berkeliaran. Ada kalanya mereka mengais makanan di tempat sampah, bahkan tak sedikit yang nyaris tak berbusana. Lantas kemana keluarganya?

Ivan salah seorang keluarga ODGJ yang berkeliaran di Empat Lawang ketika diwawancarai menuturkan, jika adiknya itu sebut saja Ali sudah mengalami ODGJ sejak lima tahun terakhir. Bukannya tidak diobati, pihak keluarga pernah membawa Ali berobat ke RSJ Ernaldi Bahar di Palembang menggunakan BPJS Kesehatan. Namun sepertinya pengobatan tidak sampai tuntas, sebab Ali belum juga sembuh. Keluarga ini pun sudah pernah mengobati adiknya itu hingga ke Rumah Sakit Bengkulu.

“Adik kami ini, dulunya sering melalmun. Lalu, tiba tiba kejiwaannya terganggu,” ujar Ivan, Senin (16/1/2023).

Ia mengakui kalau adiknya itu sering berkeliaran di Pasar Tebing Tinggi, namun tidak sampai mengacau atau menganggu orang. Hanya saja kerap tidak memakai pakaian. Sehingga orang risih melihatnya. “Kalau untuk dipasung tidak kami lakukan karena kasihan, belum lagi dia suka berontak,” ungkapnya.

Menjamurnya ODGJ di pusat Kota Tebing Tinggi Empat Lawang ini acapkali dikeluhkan warga. Banyak ODGJ berkeliaran bahkan sempat mengancam warga saat melintas. Hal ini sepertinya kurang mendapat perhatian dari Pemkab melalui Dinsos Empat Lawang.

Ketika dikonfirmasi pihak Dinsos Empat Lawang melalui Kadinsos Eka Agustina mengatakan, jika keberadaan ODGJ itu telah didata pihaknya. Bahkan sudah ada yang dijemput dan dirumahkan. Ia menampik bahwa ODGJ itu seluruhnya warga Emlat Lawang. Sebab menurut Eka, banyak ODGJ itu adalah warga datangan atau buangan dari daerah lain.

“Ada beberapa ODGJ yang sudah kami data dan bantu. Baik itu yang dipasung maupun yang berkeliaran. Namun untuk penindakan itu wewenang Satpol PP, kami hanya pembinaan,” ujarnya.

Ditanya apakah jumlah ODGJ di masa Pandemi lalu alami peningkatan ? Eka menjawab bahwa dimasa Pandemi tidak ada ODGJ yang meningkat. Terlihat dari data Dinsos Empat lawang tidak ada penambahan. Hanya ODGJ datangan dari luar daerah.

Dipasung 14 Tahun

Salah satu yang lazim dilakukan masyarakat untuk mengatasi ODGJ, adalah melalui pemasungan. Tujuannya supaya ia tidak berkeliaran atau membahayakan warga. Inilah yang dialami NF (42), seorang pria asal desa Terusan Menang, Kecamatan SP Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Setelah mengetahui kalau dirinya mengalami gangguan kejiwaan, pihak keluarga memilih cara pasung. Hal ini sudah ia alami selama kurun waktu 14 tahun.

Berdasarkan informasi yang diterima media ini, pada 14 tahun silam NF mempunyai istri, walaupun kini ia sudah bercerai lantaran penyakitnya itu. Dan NF dikaruniai seorang anak yang kini telah dewasa.

Disebutkan keluarganya, dulu sebelum NF mengalami gangguan kejiwaan, NF pernah membunuh satu orang. Kemudian NF ditangkap oleh pihak yang berwajib untuk menebus kesalahannya tersebut. Tapi sekarang kasus tersebut sudah selesai dan ditutup oleh pihak kepolisian. Bermula dari itulah, NF mulai suka mengamuk sendiri secara tiba-tiba. Malah, ia hampir saja membunuh orang tua kandungnya sendiri.

Pihak keluarga kemudian memutuskan untuk mengambil tindakan memasung saudara NF di bawah rumah orang tuanya sendiri, untuk menjauhi dari hal yang tidak diinginkan.

Berkat dari inisiatif kepala desa (KADES ) Terusan Menang Baru, Kecamatan Sp Padang, Kabupaten OKI, membujuk keluarga NF supaya mengizinkan untuk melepaskannya dari pasungan, untuk kemudian dirawat di RSJ Ernaldi Bahar, Palembang pada 9 November 2022 lalu.

Kemudian setelah mendapatkan perawatan yang baik dari pihak medis, kondisi kejiwaan NF kini sudah membaik, dan pulang kembali ke rumah. Setelah dua minggu berikutnya, NF dijemput kembali untuk melakukan kontrol fisik lago sampai benar-benar sembuh total.

Hal itu diungkap dan dibenarkan oleh, Rezi Merry Yusuf, selaku Kepala Desa Terusan Menang Baru, Kecamatan Sp Padang, Kabupaten OKI, yang juga sekaligus bagian dari salah satu anggota pengurus Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat ( IPSM ) Kabupaten OKI, saat dikunjungi di kediamannya, Selasa (17/01/2023).

Lebih lanjut Rezi menjelaskan, ketika pihaknya melakukan pelepasan alat pasung NF, tim IPSM dibantu oleh Polsek, Koramil dan Dinas Kesehatan. Dalam hal ini juga ada Dinas Sosial Kabupaten OKI, dan Puskesmas SP Padang.
Dan berkat dukungan keluarganya, kini NF sudah dapat diajak berkomunikasi kembali dengan baik.

“Saya pribadi, Rezi Merry Yanti dan juga bersama Tim (IPSM), akan terus berupaya berjuang mencari target berikutnya. Karena masih banyak lagi orang dengan gangguan kejiwaan yang masih dalam kondisi dipasun. Insya Allah, hal itu akan kami upayakan agar ODHJ ini tidak lagi dipasung,” jelas Rezi.

Psikotik Paling Banyak Dirawat

Iwan Andhyantoro, SKM, M.Kes, CH, CHT, Kepala Instalasi Humas Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan mengatakan, selama Pandemi lalu jumlah penderita ODGJ di RS Ernaldi Bahar justru tidak meningkat. “Di masa Pandemi orang pada takut keluar, takut mengunjungi rumah sakit. Belum lagi ada aturan PPKM dari pemerintah,” sebutnya beberapa waktu lalu.

Saat ini, sambung Iwan, data pasien yang mengalami rawat jalan tahun 2021 lalu sebanyak 31.240 orang. Sementara tahun sebelumnya 2020, 30.692 orang.

“ODGJ yang sering dirawat adalah jenis psikotik misalnya penderita skizofrenia dan bipolar,” katanya.

Adapun penyebab dari psikosis berbeda-beda, dan penyebab pastinya seringkali tidak jelas. Namun, secara umum masih belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab penyakit ini.

Iwan menjelaskan, Psikosis rentan muncul sebagai manifestasi gejala dari penyakit, tetapi dapat juga dipicu melalui konsumsi obat-obatan, terutama obat-obatan terlarang, kekurangan tidur, dan faktor lingkungan. Penyakit ini terjadi karena ada gangguan pada otak. Gangguan yang terjadi memengaruhi cara kerja organ ini dalam memproses informasi. Alhasil, pengidapnya mengalami perubahan dalam cara berpikir dan berprilaku.

“Seringkali juga tak ada sebab pemicu yang jelas (penyebab ODGJ). Masalah ekonomi, perceraian, gagal caleg, PHK, atau bahkan mungkin tak ada yang menjadi penyebab psikotik,” ujar dia.

Psikotik jenis skizofrenia itu cirinya jelas sekali. Kalau dia tidak diobati maka dia menampakan perilaku aneh, misalnya ngomong sendiri, marah tanpa sebab, tak kenal lingkungan, jorok, dekil, menggelandang, makan sembarangan , bahkan telanjangpun dia tak sadar, dan lain-lain.

Penyakit Psikotik adalah jenis penyakit kronis, bersifat menahun. Jarang ada laporan berhasil sembuh dengan tanpa obat. Kebanyakan pasien berobat kontrol rutin tiap bulan. Kalau semisal ada pasien yang tidak mengulang berobat, bukan karena dia sembuh, tetapi karena faktor lain. Misal merasa tidak sakit, jenuh minum obat, tak ada orang yang peduli dalam proses pengobatan, kesulitan mengakses faskes, kesulitan biaya pengobatan, dan lain-lain. “Tentu saja ini akan memperburuk kondisi penyakitnya,” tegas Iwan. (Alfariski/eman/maya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *