Partnership Pendidikan Pra Lahir

Rina Nursanti, SKM, M.Kes, CHt, AMANI Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kebidanan Childbirth Educator, Praktisi Prenatal Yoga, dan Praktisi Hypnobirthing PARENTCRAFT; The School of Mom and Dad

Kesehatan215 Dilihat

Palembang, Focuskini

Keberadaan pendidikan pralahir saat ini telah menjadi kebutuhan bagi setiap orang tua yang tengah menikmati kehamilannya. Hal ini dIbuktikan dengan menjamurnya kelas pendidikan pralahir, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun pelaksanaan secara mandiri. Beberap penelitian pun telah dilakukan terkait pendidikan pralahir, berupa manfaat dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan Ibu dan bayi.

Sejak tahun 2009, pemerintah telah mencanangkan Kelas Ibu Hamil (KIH) yang bertujuan menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi. Kegiatan ini berlangsung 6 tahun selama era pembangunan millineum (MDG’s). Namun, KIH belum menunjukkan hasil yang memuaskan, karena belum tercapainya target (MDG’s). Sebagai bahan evaluasi, perlu menilai pelaksanaan KIH tersebut.

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan KIH tahun 2014, bahwa KIH adalah sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan Ibu hamil, dengan jumlah maksimal 10 orang, dalam bentuk tatap muka, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, yang didampingi oleh tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Dengan demikian, KIH diperuntukkan bagi Ibu hamil tanpa melibatkan peran serta pendamping, dalam hal ini adalah suami atau keluarga terdekat.

Tak bisa dipungkiri, bahwa peran pendamping sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan Ibu dan bayi selama proses kehamilan. Sudah selayaknyalah, jika pendamping juga terlibat dalam mengikuti kelas pendidikan pralahir.

Penelitian yang dilakukan oleh Nursanti.R, Eprilla, dan Wilma (2020) tentang Pemberdayaan Pendamping Persalinan terhadap Persalinan Ibu, menunjukkan 94,4% Ibu melahirkan normal setelah mengikuti KIH bersama pendamping persalinan. Hal ini menunjukkan bahwa peran pendamping sangat besar terhadap dampak persalinan Ibu. Besarnya manfaat Ibu hamil dan pendamping mengikuti pendidikan pralahir, menjadi sebab untuk orang tua belajar sejak awal kehamilan.

Tak Ada Sekolah Menjadi Orang Tua
Melihat fenomena yang terjadi saat ini, pernikahan hanya dipandang sebatas prosesi keagamaan dan perayaan. Padahal banyak hal yang terselip dari sebuah pernikahan, ada tanggungjawab yang besar menunggu di depan sana. Pernikahan adalah ibadah terpanjang yang akan dilewati bersama pasangannya, tentu perlu manajemen pengelolaan yang tepat agar terwujud visi pernikahan yang diikrarkan saat aqad nikah. Bukan tanpa sebab jika kegagalan dalam pernikahan dipicu karena ketidak siapan pasangan dalam membangun sebuah hubungan.

Tak mudah memang untuk bertahan dengan pendamping jika tidak memiliki visi yang sama, hanya keimanan dan kesadaran akan peran yang diembanlah yang membuat pasangan memilih untuk tetap bersama menua. Sebab tak ada sekolah untuk menjadi orang tua.
Miris memang, kita dengan mudah meluangkan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan pengakuan secara akademik. Jangan tanyakan berapa biaya yang telah dikeluarkan, semua siap bersaing memilih pendidikan terbaik dan termahal agar mendapatkan prestasi terbaik. Namun, ketika harus menjalankan peran sebagai orang tua menagapa abai?

Idealnya menjadi Ibu dimulai sejak seorang perempuan memutuskan untuk menikah, dengan kata lain pernikahan adalah langkah awal seorang perempuan untuk memulai perannya sebagai Ibu, demikian juga dengan pria. Meskipun nantinya, tidak semua perempuan yang menikah akan memiliki predikat dengan sebutan Ibu, sebab ada amanah di sini yang kita tak kuasa untuk memilihnya.

Ketika seorang perempuan dan pria memutuskan untuk menikah, sesungguhnya Ia sedang membawa misi besar bagi berlangsungnya kehidupan di dunia ini, yaitu sebagai penerus sejarah bahwa di dunia ini pernah ada makhluk yang bernama orang tua. Tentu saja misi ini harus disiapkan sejak awal, termasuk dalam pasangannya. Sehingga nantinya, ketika amanah itu hadir, baik calon Ibu dan Ayah sudah siap menjadi mitra membersamai menjadi orang tua.

Memang benar kahamilan, persalinan, dan menyusui adalah peristiwa alamiah, tetapi jika kita membiarkannya berlalu begitu saja, maka siap-siap untuk kehilangan golden moment. Waktu yang pendek ini, menjadi tolak ukur keberhasilan menjadi orang tua. Masihkah enggan untuk belajar?

Sebab tak ada sekolah untuk menjadi orang tua, yang ada hanya orang tua yang mau belajar. Mulailah sejak awal ketika amanah itu dititipkan di dalam rahim. Pendidikan pralahir adalah sarana belajar bersama menjadi orang tua yang dilakukan secara sadar untuk kesejahteraan Ibu dan bayinya. Ada banyak kebaikan yang di dapat dengan mengikuti kegiatan tersebut. Beberapa manfaat mengikuti pendidikan pralahir:
Mendapatkan informasi sehat seputar kehamilan, persalinan, menyusui dan perawatan bayi.

Mengenal kehamilan sejak dini, sehingga paham cara menjaga kehamilan. Menikmati kehamilan dan bersyukur. Bersosialisai. Membentuk karakter anak sejak dalam kandungan.

Untuk mendapatkan manfaat dari pendidikan pralahir, maka disusunlah materi yang disesuaikan dengan tujuan kelas pendidikan pralahir. Ada banyak pendidikan pralahir yang menawarkan berbagai macam teknik dan metode, silakan memilih yang terbaik. Berikut disampaikan materi pendidikan pralahir pada kelas PARENTCRAFT; The School of Mom and Dad, Prenatal Care, Childbirth Care, Postpartum Care, Breastfeeding Care dan Newborn Care.

PARENTCRAFT adalah sekolahnya para orang tua yang diikuti oleh Ibu hamil bersama pendampingnya yang memiliki visi ‘Be a SMART PARENT. Layaknya sekolah, di PARENTCRAFT; The School of Mom and Dad, peserta wajib mengikuti kelas selama 5 kali pertemuan dengan durasi 3 jam per pertemuan. Disini Ibu dan Ayah tak hanya belajar secara fisik, tapi juga mendapatkan psikologi pengasuhan mendidik anak berkarakter, serta meningkatkan tsaqofah Islam.

Pemberdayaan Pendamping Pesalinan
Sejak pertama kalinya Ibu dinyatakan hamil oleh Dokter atau bidan, barangkali Ibu mulai sIbuk memikirkan perkembangan dedek bayi. Mengatur menu makan sehat, membuat jadwal kapan untuk kontrol kehamilan, atau memilih waktu yang tepat kapan berolahraga, hingga bagaimana mempersiapkan proses persalinan. Alangkah baiknya jika Ibu turut menghadirkan Suami sebagai pendamping dalam persalinan yang dimulai sejak awal kehamilan.

Tahukah Ibu, jika pijatan lembut dari Suami pada saat mengalami kelelahan fisik selama kehamilan akan mampu memberi kenyamanan. Usapan perlahan diseluruh tubuh pada saat mengalami kontraksi persalinan akan membuat nyaman dan memberi efek relaksasi. Dengan hadirnya Suami pada saat melahirkan, Ibu akan lebih percaya diri dan focus pada proses persalinan.

Ibu dapat memilih siapa yang akan menjadi pendamping persalinannya, meskipun pilihan terbanyak memilih pasangannya sebagai pendamping persalinan. Namun, Ibu juga dapat melibatkan keluarga besar sebagai pendamping persalinan, seperti Ibu, mertua, dan saudara perempuannya. Dengan memiliki pendamping persalinan, diharapkan Ibu akan memiliki pengalam melahirkan yang menyenangkan. Siapapun orang yang Ibu pilih sebagai pendamping persalinan nantinya, ia adalah orang yang mau memberdayakan diri.
Jika dilihat dari pengertiannya, pemberdayaan adalah proses pembelajaran untuk mengatasi rasa tidak berdaya dan menggunakan kemampuannya untuk melakukan pekerjaan dengan kekuatan yang dimiliki. Ditinjau dari prosesnya, pemberdayaan menunjukkan keterlibatan pihak yang diberdayakan dalam setiap kegiatan, dan pengambilan keputusan. Ditinjau dari produknya, pemberdayaan menghasilkan pikiran dan ikhtiar sehingga mampu mengambil keputusan yang kuat untuk bertindak.

Seorang pendamping persalinan sudah selayaknyalah memberdayakan diri dengan belajar, sebab ia mengemban tanggungjawab yang besar. Dengan mengikuti pendidikan pralahir, pendamping persalinan terlatih secara mental dan fisik menjadi partner dalam persalinan. Ia memahami rencana persalinan Ibu, sebab telah berkontrIbusi dalam menyusun Rencana Kelahiran Ibu (Birth Plan), bersedia memberikan pijatan pada saat dIbutuhkan, dan mengambil keputusan yang tepat jika terjadi darurat.

Partnership Menjadi Orang Tua
Partnership pendidikan paralahir adalah bentuk kemitraan atau kerjasama antara Ibu dan pendamping persalinan untuk mempersiapkan kehamilannya hingga mengahadapi proses persalinan. Kebersamaan yang terbentuk sejak masa kehamilan akan membantu Suami (sebagai pendamping persalinan yang ideal) untuk memahami proses kelahiran dedek bayi kelak dan sekaligus menyiapkan mentalnya menjadi Ayah.

Pendamping persalinan adalah mitra Ibu dalam menjadi orang tua, kehadirannya sejak awal membuat mereka lebih dekat dan memahami lebih mudah. Dengan berbagi cerita dapat mengurangi perasaan khawatir Ibu sejak kehamilan, hingga saat menghadapi persalinan, pun suami merasakan hal yang sama. Ajaklah bicara dan minta suami untuk selalu berada di samping ibu. Sehingg suami akan merasa sangat membantu Ibu dalam proses persalinan.

Akhirnya, dengan memiliki pendamping persalinan yang telah memberdayakan dirinya melalui pendidikan pralahir, Ibu dan Ayah telah menjadi mitra yang bersinergi menjadi orang tua yang bertanggung jawab, Be a Smart Parent.(maya)