Pertamina Latih Kelompok Kemudi dalam Pengolahan Kopi

Ekonomi258 Dilihat

Palembang, Focuskini

Indonesia termasuk salah satu negara megabiodiversitas di dunia, yaitu negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati (kehati) yang tinggi. Salah satunya Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki tingkat kehati yang tinggi, tetapi juga memiliki tingkat ancaman yang harus dihadapi. Melalui hal tersebut, diperlukan strategi untuk mendukung proses-proses alam esensial yang bergantung pada keanekaragaman hayati, khususnya peningkatan pengembangan program Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui Aviation Fuel Terminal Sultan Mahmud Badaruddin II (AFT SMB II) bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel untuk peningkatan kapasitas Kelompok Pemuda Pemudi Cinta Lingkungan (Kemudi) melalui program Nursery Puyu dengan memberikan pelatihan pengolahan kopi. Program Nursery Puyu merupakan program keanekaragaman hayati khususnya untuk konservasi tanaman endemik langka dan pelestarian HHBK.

Pertamina berkomitmen memelihara keanekaragaman hayati sebagai tujuan sosial dan komponen strategis utama dalam pembangunan berkelanjutan serta mendukung program Nursery Puyu yang dijalankan oleh kelompok Kemudi dengan mendirikan “Kembali Hutan Cafe.”

Kepala Seksi Perbenihan dan Penghijauan Dinas Provinsi Sumsel, Etika Gustin mengatakan pelatihan ini memberikan inovasi kepada Kelompok Kemudi untuk memperluas jangkauan pasar kopi mereka melalui “Kembali Hutan Cafe” dan juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap penghijauan dan keberlanjutan.

“Program ini dijalankan oleh Kelompok Kemudi dengan melaksanakan penanaman pohon endemik langka dan pemanfaatan HHBK yang diantaranya pengolahan biji kopi, pembuatan kafe kopi, dan Budidaya Madu Klanceng,” katanya.

Pelatihan pengolahan kopi ini mengundang narasumber pemilik usaha Putra Abadi Coffee, Wenny Bastian. Putra Abadi Coffee salah satu UMK Binaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina Sumbagsel yang sukses menjalankan usaha kopinya, dengan bermodalkan Rp50.000 mampu menghasilkan omset minimal Rp100.000.000 setiap bulannya.

“Kunci sukses dalam mengelola kopi adalah dari cara pengolahannya, cara roasting kopi, jenis atau rasa dari kopi tersebut, dan sistem manajemen pengelolaan yang baik dari kelompok tersebut sehingga usaha kopi tetap berjalan diantara banyaknya usaha kopi lainnya,” ujar Wenny Bastian.

Selain itu, Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan berharap pengelolaan keanekaragaman hayati melalui “Kembali Hutan Cafe” yang diusung Pertamina AFT SMB II dapat menemukan keseimbangan optimal antara konservasi keanekaragaman hayati dengan kehidupan manusia yang berkelanjutan.

“Melalui program ini, kami berharap dapat mendukung pelestarian keanekaragaman hayati khususnya HHBK dalam bentuk produk kopi sehingga dapat memberikan pekerjaan yang layak dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelompok rentan sesuai dengan pencapaian _Sustainable Development Goals_ (SDGs) kedelapan dan lima belas yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi serta eksositem daratan,” tutupnya.(soim)