OKI, Focuskini
Budaya kuliner menjadi salah satu unsur warisan Indonesia yang menjadi ikon makanan khas suatu daerah. Dari makanan inilah akan tercermin identitas budaya yang dapat menciptakan batasan dan perbedaan antar budaya daerah satu dengan daerah lainnya. Setiap makanan memiliki sejarahnya masing-masing.
Di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan ada kuliner yang sangat tersohor, yaitu pindang burung Bu Romlah. Kuliner ini adalah hidangan khas masyarakat di sana. Ada resep rahasia dalam pembuatan pindang ini.
Saat berkunjung ke Ogan Komering Ilir pasti sudah tidak asing lagi dengan menu olahan burung unggulan masyarakat setempat tersebut. Sama halnya dengan menu pindang yang menjadi kuliner khas di Sumatera Selatan (Sumsel) yang mempunyai cita rasa unik yang menggugah selera, pindang burung menawarkan sensasi berbeda dari menu pindang.
Keunikan dari makanan ini ialah saat disantap, sangat terasa rempah-rempah yang menempel di seluruh dagingnya serta tulang-tulang burungnya yang terasa lembut dan gurih. Selain itu proses pembuatan pindang burung ini dibuat dengan cara sederhana namun memiliki khas pada kuah pindangnya karena menggunakan bahan rempah seperti bawang putih, bawang merah, terasi, tomat, garam, laos, kunyit, jahe dan serai. Butuh waktu setidaknya 2 jam untuk memasak 300 porsi pindang burung dengan panci super besar.
Burung pun didatangkan langsung dari hutan-hutan yang berada di sekitar Kabupaten OKI. Kalau sedang susah mendapatkan burung, kata Wanda (25) Manager Pindang Burung Bu Romlah, ia sampai harus membeli dari para pemburu burung di provinsi Lampung.
“Burungnya ukurannya cukup besar. Rasanya gurih. Ditangkap dari hutan bukan diternak,” ujar perempuan bernama lengkap Wanda Cynthia Refalia SE.
Sarjana lulusan Universitas Bina Darma ini menyebutkan terdapat beberapa tahapan saat membuat masakan ini. Bumbu rempah-rempah tersebut diiris lalu ditumis terlebih dahulu hingga wanginya keluar, kemudian ditambahkan air lalu dimasak bersama burung yang telah dibelah bagian tengahnya hingga meresap.
“Cita rasanya yang gurih dan pedas menjadi daya tarik bagi para wisata kuliner. Pindang burung Bu Romlah paling enak dinikmati bersama nasi putih hangat dan sambal nanas yang telah di campur ati ampela ayam atau burung plus sambal kecap untuk cocolan burung goreng,” imbuhnya.
Kuliner Asli Muara Batun
Kuliner burung khas ini ternyata memiliki rekam sejarah yang cukup unik. Meskipun menjadi makanan yang populer di beberapa daerah di Sumatera Selatan, sebenarnya pindang burung ini merupakan makanan khas yang sudah ada sejak puluhan tahun di Desa Muara Batun Kecamatan Jejawi, Ogan Komering Ilir.
Nama Bu Romlah sendiri berasal dari nama pemilik rumah makan yang merupakan nenek dari Wanda. Nenek moyang dari Bu Romlah sudah menghadirkan masakan ini sekitar tahun 1962.
Sempat mengalami pasang surut, pindang burung Bu Romlah pada masa awalnya hanya buka warung di bawah rumah tetangga di tahun 2004 hingga tahun 2011. Di tahun 2011 bahkan rumah makan pindang burung Bu Romlah mengalami kejadian kebakaran.
“Di tahun 2012 rumah makan kami pindah ke lokasi yang sekarang ditempati yaitu di Jalan Raya Desa Muara Batun, Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Setelah pindah ke lokasi baru, rumah makan kami banyak dikunjungi para penikmat kuliner termasuk para publik figur seperti almarhum Pak Bondan Maknyuss yang kala itu meliput kuliner pindang burung ini di Trans TV, ada juga Anisa Bahar, Dewi Yul hingga personel Trio Macan. Kunjungan mereka tersebut semakin mengangkat nama pindang burung Bu Romlah hingga selalu ramai dikunjungi,” terang Wanda.
Wanda mengatakan, tekstur burung yang kenyal dan gurih, membuat sajian pindang yang identik dengan kuah segar sangat pas untuk dipadupadankan.
“Berbagai varian menu pindang burung yang disediakan seperti pindang burung Belibis dijual dengan harga Rp 50.000, pindang burung Perlung Jagok dengan harga Rp 35.000, pindang burung Perlung banyu dengan harga Rp 20.000 dan pindang burung puyuh/punai dijual dengan harga Rp 17.000,” urai Wanda.
“Kalau lagi musim banyak burung yang tersedia seperti burung belibis, burung perlung jagok, burung ayaman dan burung puyuh semua menu bisa tersedia. Tetapi kalau burungnya ga musim yang pasti tersedia hanya burung puyuh atau burung punai,” terang Wanda. (Rasmiadi)
Dijadikan Makanan Kaleng
Perkembangan kuliner pindang burung Bu Romlah ini semakin tenar dan dikenal banyak masyarakat mulai tahun 2012. Seiring berjalannya waktu kenikmatan pindang burung restoran ini mencuri banyak lidah masyarakat, sehingga mulai banyak masyarakat yang membuka warung dengan menyajikan sajian pindang burung ini.
Saking populernya, pemerintah kabupaten Ogan Komering Ilir melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten OKI mengadakan kegiatan kerjasama Pengalengan Pindang Burung Bu Romlah dari Desa Muara Batun Kecamatan Jejawi Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan Balitbangda Provinsi Sumatera Selatan.
“Kegiatan pengalengan pindang burung bu Romlah ini dilakukan di laboratorium inkubator pengalengan produk pangan Provinsi Sumatera Selatan pada februari 2022 lalu,” ujar Kepala Balitbangda Kabupaten OKI Dwi M. Zulkarnain SH MSi didampingi Kepala Bidang Inovasi H. Jumadi S.IP MSi.
Menurut Dwi, dirinya turut menyaksikan langsung kegiatan pengalengan sebanyak 118 kaleng pindang burung yang selanjutnya di karantina selama minimal 15 hari. “Lalu pindang burung yang sudah dikalengkan tersebut di kirim ke Laboratorium Saraswanti Bogor untuk di Uji Masa Simpan, Uji Kecukupan Gizi (AKG) dan Uji Pencemaran Logam. Setelah pengujian selesai maka akan dilanjutkan dengan Sertifikasi Halal,” papar mantan Kadis Kominfo ini.
Kini pindang burung telah dikenal di seluruh Nusantara dan dapat dengan mudah mencari serta mencicipinya tanpa perlu pergi jauh-jauh hingga ke Ogan Komering Ilir. Namun jika kamu datang ke kabupaten ini jangan lupa untuk mencicipinya langsung di tempat asal kuliner tersebut ya. Karena senikmat-nikmatnya makanan memang paling nikmat dinikmati langsung di tempat ia berasal. (Rasmiadi)