MSI Sumsel dan Palembang

Tolak Penghancuran Kebun Teh Bah Butong Sumut

Nasional332 Dilihat

FOCUS KINI, PALEMBANG – Masyarakat Sejararawan Indonesia (MSI) Provinsi Sumatera Selatan dan MSI Palembang menolak penghancuran ratusan hektar kebun teh Nagori Bah Butong, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Rencananya kebun teh peninggalan zaman Belanda tersebut, akan diubah menjadi perkebunan sawit oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV.

Ketua MSI Sumsel Dr Farida R Wargadalem bersama Ketua MSI Palembang Dr. Dedi Irwanto Santun, menyampaikan hal itu kepada Focus Kini, Senin (19/6/2023).

Disebutkan Farida, Kebun Teh Bah Butong tersebut masuk dalam kategori kawasan cagar budaya, peninggalan sejarah.

Jika di Sumatera Selatan, sama seperti kebuh teh di Pagar Alam. Keduanya sama-sama peninggalan Belanda.

“Jadi Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sumsel dan Palembang, sangat menyayangkan dan menolak penghancuran kebuh teh tersebut. Sebab, ini berarti menghilangkan jejak sejarah perkebunan teh yang berjaya sejak zaman Belanda.”

“Apabila areal perkebunan teh ini hilang, tidak ada lagi jejak kebun teh yang sangat fenomenal itu. Apalagi perkebunan sawit bisa merusak tanah dan lingkungan,” jelas Farida.

Sementara saat ini, kata Farida, jumlah areal kebu sawit di Sumatera Utara sudah sangat luas. “Masak mau merusak kebun teh Simalungun yang sarat memiliki nilai sejarah,” sebut dia.

Tak hanya MSI Sumsel dan Palembang saja yang menolak penghancuran kebun teh di Simalungun, masyarakat sekitar kawasan pun melakukan hal yang sama.

“Buktinya warga menolak, sejarawan, akademisi sangat menyayangkan itu dilanjutkan, harus distop !,” serunya lagi.

Kebun Teh di Pagar Alam yang juga bernilai sejarah sama seperti Kebuh Teh Simalungun, sama-sama memiliki luas ribuan hektar. Namun, sampai sekarang Kebun Teh Pagar Alam terjaga kelestariannya dengan baik.

“Teh itu tidak bisa tumbuh sembarangan tempat, harus di ketinggian. Memang kawasan Simalungun daerahnya tinggi makanya di khususkan untuk perkebunan teh.

Sementara tanaman sawit bisa tumbuh dimana saja,” ujar dosen senior Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya ini.

Sementara itu, di areal Kebun Teh Bah Butong Simalungun, pada Selasa (28/6/2023) terjadi unjuk rasa warga yang menolak pengrusakan perkebunan teh untuk digantikan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Unjuk rasa tersebut berujung penghentian operasional alat berat yang sedang beroperasi di lokasi konversi lahan seluas 257 Hektar milik PTPV IV Unit Kebun Teh Nagori Bah Butong, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

Massa yang didominasi warga Kecamatan Sidamanik yang tergabung dalam Persatuan Parsidamanik se-Indonesia, tetap menyatakan penolakan dan berunjuk rasa. Ini kali kedua massa turun menyampaikan aspirasi, mendesak PTPN IV menghentikan penanaman kelapa sawit di lahan yang berlokasi di area Bah Butong.

Menurut warga, pengalihan tanaman teh ke ke kelapa sawit berpotensi menimbulkan dampak lingkungan seperti banjir, yang merembes ke pemukiman warga di Nagori Bahal Gajah, Tiga Bolon dan Nagori Bah Birong Ulu.  (*)