Dinkes Sumsel Imbau Masyarakat Waspada Bakteri Urine Tikus

Kesehatan68 Dilihat

Palembang, Focuskini

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Selatan mengimbau seluruh masyarakat untuk mewaspadai kejadian luar biasa (KLB) Leptospirosis yang merupakan penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh bakteri Genus Leptospira dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian.

Kepala Dinas Kesehatan Sumsel, Trisnawarman menjelaskan jika faktor utama penularan penyakit tersebut yaitu Rodentia (tikus).

“Jadi cara penularannya melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira,” jelasnya.

Ia menungkapkan jika sudah ada beberapa korban yang meninggal dunia akibat terkena bakteri dari urine tikus tersebut.

“Kabupaten/kota diminta lakukan pencegahan karena penularan penyakit dari urine tikus ini sudah mengakibatkan satu orang meninggal, dari laporan rekam medis Mei 2024 di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang sudah ada dua kasus Leptospirosis dengan satu di antaranya menyebabkan kematian,” ungkapnya.

Ia mengatakan dalam laporan rekam medis, kejadian meninggalnya satu orang itu terjadi pada Januari lalu. Sementara satu kasus lagi terdeteksi tiga bulan setelahnya atau pada April.

“Semua kasus terjadi di Kota Palembang, kasus yang meninggal sudah beberapa bulan Januari kemarin. Untuk saat ini kita belum menerima informasi kasus baru, terakhir ada temuan kasus April tapi tidak sampai menyebabkan kematian,” katanya.

Oleh karena itu, Kabupaten/kota di Susmel meminta seluruh daerah meningkatkan sistem kewaspadaan dini (SKD) dengan melakukan surveilans Leptospirosis pada manusia dan kegiatan penemuan atau deteksi dini kasus di daerah yang mempunyai faktor risiko.

“Dalam SE yang disampaikan Dinkes Sumsel, belum ada temuan Dinkes kabupaten/kota yang melaporkan kasus Leptospirosis di wilayahnya. Tetapi kami tetap meminta seluruh daerah meningkatkan kewaspadaan, khususnya di daerah yang berpotensi terjadi KLB Leptospirosis,” imbaunya.

Lebih lanjut, potensi penularan penyakit itu berada di wilayah yang kerap banjir, persawahan, permukiman kumuh dan daerah yang memiliki faktor risiko lainnya seperti kepadatan tikus yang merupakan faktor penular utama.

Terlebih saat menghadapai La Nina di Indonesia dan musim hujan yang diperkirakan terjadi akhir tahun, sebab kasus tersebut muncul seiring dengan musim hujan.

“Kita harapkan seluruh jajaran melakukan kesiapsiagaan terhadap KLB Leptospirosis, karena ini sudah memasuki musim hujan dan ditakutkan urine dan kotoran tikus lebih gampang tersebar karena aliran air hujan,” ucapnya.

Selain itu, antisipasi dengan menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar aman dari jangkauan tikus. Terpenting adalah melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Intinya kita mengimbau masyarakat membersihkan dan memberantas tikus di sekitar rumah dan tempat umum seperti pasar, terminal, tempat rekreasi dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Seperti memakai alas kaki atau sepatu boots saat berkativitas di tempat berair, tanah, lumpur atau genangan air yang kemungkinan tercemar kencing tikus dan pengelolaan limbah rumah tangga yang benar dengan menyediakan dan menutup rapat tempat sampah,” tegas Trisnawarman. (Tia)