DKPP Sebut Wabah Jembrana di Sumsel tahun 2024 Alami Penurunan Drastis

Sumsel385 Dilihat

Palembang, Focuskini

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumatera Selatan menyebut jika wabah penyakit jembrana tahun 2024 mengalami penurunan drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Kepala DKPP Sumsel Ruzuan Efendi mengatakan di tahun ini hanya terdapat 6 (enam) kasus jembrana di Sumsel, yakni di wilayah Musi Rawas Utara (Muratara).

“Sebelumnya di tahun 2021 ada 159 kasus dan penyumbang terbanyak itu adalah Kot Palembang terdapat 81 kasus, di tahun 2022 tidak ada kasus (nihil), di tahun 2023 ada turun menjadi 47 kasus. Nah di tahun 2024 makin turun drastis, jadi kami hanya menemukan 6 kasus di 1 (satu) wilayah yaitu Muratara,” kata Ruzuan saat dibincangi di ruang kerjanya, Jum’at (15/11/2024).

Ruzuan menjelaskan jembrana merupakan penyakit menular akut pada sapi bali yang disebabkan berbagai gejala seperti depresi, demam, adanya diare berdarah, serta sering ditemukan juga pada banyak kasus penyakit yang disertai perdarahan kulit.

“Jadi sebenarnya Jembrana ini seluruh penyakit, kita dari Dinas Provinsi memang selalu memonitor dan mengajak semua masyarakat untuk sama-sama kita selalu mengawasi perkembangan-perkembangan hewan ternak kita,” jelasnya.

Ia mengungkapkan pada tanggal 6 November 2024 telah mengeluarkan surat edaran (SE) ke seluruh kabupaten/kota di Sumsel untuk selalu waspada terhadap penyakit jembrana dan penyakit lainnya kepada pemilik hewan ternak.

“Memang sejauh ini Penyakit Jembrana hanya terkenal di Indonesia dan hanya menyerang sapi bali, tetapi kita juga tetap selalu mengingatkan kepada kabupaten/kota dengan mengirimkan SE agar tetap selalu waspada terhadap seluruh penyakit, baik itu jembrana atau PMK atau SE atau cacar kulit (lato-lato), LSD, atau apapun bentuknya termasuk rabies,” ungkapnya.

Oleh karena itu, pihaknya juga mendorong tiap-tiap wilayah untuk menggunakan dana desa sebesar 20 persen guna menjaga ketahanan pangan salah satunya pengendalian penyakit hewan.

“Kita juga mendorong tiap wilayah untuk menyumbang bantuan dari dana desa mereka sebesar 20 persen guna merawat hewan-hewan ternak mereka, salah satunya penyediaan vaksin untuk pencegahan penyakit. Di Sumsel ini merupakan salah satu provinsi yang endemi dengan jembrana, tapi kita selalu melakukan pengendalian dengan cara vaksinasi,” imbuhnya.

Kedepan tidak hanya Provinsi saja yang melakukan vaksinasi, tetapi juga kabupaten/kota juga ikut mendukung. Menurutnya, itu semua tanggung jawab Bersama.

“Kita juga bisa mensosialisasikan untuk mengajak desa-desa melalui dana desa itu untuk mendukung nawacita (9 prioritas) Presiden dengan penyiapan hewan-hewan kita yang sehat, dalam hal ini supplainya, perlu kita sampaikan kepada masyarakat,” kata dia.

Ia menyampaikan pihaknya akan memperketat lalu lintas hewan ternak seperti sapi dan kerbau, guna mencegah virus jembrana masuk ke Sumatera Selatan.

“Jadi, setiap hewan ternak yang masuk harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), analisis risiko, dan identitas berupa ear tag,” ucap dia. (Tia)